Gubernur BI Agus DW Martowardojo, resmikan penerbitan uang NKRI pecahan seratus ribu rupiah di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, 18 Agustus 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kondisi ekonomi Indonesia secara umum masih baik. Kondisi ini tercapai karena baiknya koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah.
Namun, menurut Agus, koordinasi itu tak berarti BI mau diintervensi. “Mikir diintervensi saja enggak,” kata Agus saat peluncuran Buku dan Diskusi Kajian Stabilitas Keuangan di kantornya, Jumat, 8 Mei 2015. Kemudian ia menegaskan bahwa Bank Indonesia independen dalam menjaga nilai tukar.
Agus menambahkan, pertumbuhan ekonomi memang menjadi tanggung jawab pemerintah dan mengurangi jarak antara kaya dan miskin. Ia mengapresiasi kebijakan pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak. Hal itu dilakukan agar pemerintah punya ruang fiskal guna membangun infrastruktur.
Guna mendukung pemerintah, bank sentral menjaga makroprudensial dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memperdalam pasar keuangan. Saat ini BI dan Otoritas Jasa Keuangan tengah mengatur kredit dalam kebijakan loan to value. Selain itu, meyakinkan pengelolaan utang luar negeri korporasi nonbank.
Bank Indonesia tak melarang swasta untuk berutang, tapi mengimbau harus hati-hati. Musababnya, dunia pasti menyoroti utang luar negeri Indonesia yang meningkat dari US$ 66 miliar pada 2009 menjadi US$ 160 miliar pada 2015.
“BI mengatur agar ULN dikelola sehat dan minimum, ada rating, hedging ratio, dan minimum liquidity,” ujarnya.