TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan aset keuangan syariah Indonesia pada 2014 menempati peringkat kesembilan terbesar di dunia. Total aset industri keuangan syariah Indonesia mencapai US$ 35,63 miliar atau 2,1 persen dari pangsa pasar dunia.
Meski pangsa pasar masih di bawah 10 persen, ia optimistis potensi keuangan syariah di Indonesia sangat bagus. “Tugas kami selanjutnya adalah membangun aliansi strategis antar-komunitas syariah, agar semakin berkembang,” kata Bambang dalam Muktamar III Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) di Kementerian Keuangan, Kamis, 30 April 2015.
Keuangan syariah, menurut Bambang, punya daya tahan yang kuat menghadapi krisis keuangan. Ia mencontohkan Bank Muamalat yang berhasil lolos dari krisis ekonomi 2008. Musababnya, dalam keuangan syariah tak ada transaksi money for money dan melawan bentuk ketidakadilan.
“Prinsip ini mendorong adanya kekuatan, melanjutkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
Untuk mendorong keuangan syariah, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Salah satunya penerbitan sukuk. “Ini kami lakukan untuk mendorong pengembangan industri syariah,” kata Bambang.
Upaya pemerintah ini, menurut Bambang, memerlukan dukungan dari berbagai forum, salah satunya IAEI. Forum ini diharapkan menyumbang pemikiran dan penelitian ilmiah seputar keuangan syariah.