Warga mengamati dan memoto papan pengumuman penutupan jalur M1 dan pengalihan arus lalu lintas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten (23/12). PT Angkasa Pura akan menutup jalur M1 pada tanggal 26 Desember 2013 untuk pembangunan jalur kereta api dan mengalihkan arus lalu lintas ke jalur parimeter. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) mempersiapkan sistem angkutan pengumpan (feeder) dari Stasiun Kereta Bandara Soekarno-Hatta ke tiga terminal. Feeder berupa bus di jalur khusus sebagai automatic people movement system (APMS) itu disiapkan sebagai alternatif karena biaya untuk operasi monorel terlalu besar.
"Tapi jika perbedaan biayanya tidak terlalu jauh, lebih baik pakai monorel," kata Direktur Keuangan Angkasa Pura II Andra Y. Agussalam, Senin, 20 April 2015.
Menurut Andra, awalnya Angkasa Pura II menyiapkan APMS berupa monorel sebagai transportasi integrasi kereta Bandara Soekarno-Hatta ke Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. APMS itu berfungsi mengangkut penumpang kereta dari stasiun bandara ke tiga terminal di Soekarno-Hatta. Namun belakangan rencana itu dievaluasi kembali karena monorel membutuhkan biaya Rp 2,7 triliun.
Bulan depan, kata Andra, Angkasa Pura II akan memutuskan APMS yang akan mereka bangun. Yang jelas, kata Andra, APMS sudah harus tersedia berbarengan dengan rampungnya pembangunan prasarana dan sarana kereta bandara yang dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Railink.
Saat ini, PT KAI sedang mengerjakan rel ganda baru sepanjang 12,3 kilometer dari Stasiun Batuceper, Tangerang, ke Bandara Soekarno-Hatta. Sementara Railink sudah memesan sepuluh kereta dari konsorsium PT INKA-Bombardier.
Adapun Angkasa Pura II kebagian jatah menyiapkan APMS dan stasiun di bandara. Menurut Andra, untuk membangun stasiun di area bandara, Angkasa Pura II telah menyiapkan dana Rp 140 miliar. Kereta Bandara Soekarno-Hatta-Manggarai ditargetkan rampung pada akhir 2016.