Sebuah mesin bus sedang diperbaiki oleh montir keliling di terminal Poris Plawad, Tangerang, (29/7). Jelang lebaran terdapat sejumlah montir keliling yang disiapkan oleh para perusahaan organda. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan Organda sulit memenuhi imbauan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Imbauan itu yakni pengelola jasa angkutan tidak menaikkan tarif terkait dengan perubahan harga bahan bakar minyak. “Memangnya kendaraan umum semuanya punya beliau (Ignasius Jonan)?” katanya ketika dihubungi Tempo, Selasa, 31 Maret 2015.
Dengan naiknya harga BBM, menurut Shafruhan, yang juga Direktur Umum PT Express Transindo Utama Tbk, Organda akan melakukan penyesuaian tarif. “Tiap kali ada kenaikan harga bensin, pasti ada sedikit masalah buat kami,” ucapnya.
Dia memastikan kenaikan tarif tak terelakkan karena dipicu kenaikan harga bensin, suku cadang, jasa perbaikan, dan hal terkait lain. Namun Shafruhan menjamin kenaikan tarif angkutan di Jakarta tidak signifikan.
Dia menambahkan, pada Rabu, 1 April 2015, pihaknya akan memberi surat rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama terkait dengan penyesuaian tarif. "Kami akan bicarakan bersama soal penyesuaian tarif ini," katanya.
Harga Premium di Jawa, Madura, dan Bali naik menjadi Rp 7.400 per liter, sementara di luar ketiga daerah itu menjadi Rp 7.300 per liter. Sedangkan harga solar naik menjadi Rp 6.900 per liter.
Saat ini solar mendapat subsidi tetap sebesar Rp 1.000 per liter. Sedangkan Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus bebas subsidi. Khusus harga Premium dan solar ditentukan oleh pemerintah.