Anggota tim penyelamat menunjukkan peta tempat penemuan puing-puing pesawat Germanwings Airbus A320 di pegunungan Alpen, Prancis, 24 Maret 2015. Pesawat naas ini dikabarkan umurnya sudah 24 tahun. REUTERS/Robert Pratta
TEMPO.CO, Paris - Pesawat Germanwings yang jatuh di Pegunungan Alpen, Prancis selatan, adalah maskapai berbiaya murah (low cost carrier-LCC). Meskipun berbiaya murah, menurut Stephane Albernhe, pakar transportasi dari Archery Strategy Consulting, semua maskapai penerbangan di Eropa harus tunduk pada standar otoritas penerbangan Eropa.
"Semua urusan prosedur keamanan dan perawatan tidak dibedakan antara maskapai low cost dan maskapai pada umumnya," katanya seperti dilansir Le Figaro, Rabu waktu setempat, 25 Maret 2015.
Menurut dia, maskapai LCC memang boleh dikatakan kurang bisa diandalkan. "Hal ini memang tak terbantahkan."
Albernhe menambahkan, yang dimaksud tak bisa diandalkan adalah segi pelayanan terhadap penumpang. Dengan tiket yang lebih murah, maskapai menekan biaya operasional dengan berbagai upaya.
Menurut dia, eksploitasi jam kerja karyawan, terutama pilot, adalah salah satu contoh. Bila pilot pesawat Air France atau Lufthansa terbang 650-750 jam per tahun, maskapai LCC akan menggenjot pilotnya 800-850 jam per tahun di ambang batas 900 jam.
"Maskapai LCC hanya menggunakan satu tipe pesawat. Seperti Germanwings dengan pesawat Airbus A320," katanya.
Pesawat Korean Air dan Cathay Pacific Bertabrakan Sayap di Bandara Jepang
17 Januari 2024
Pesawat Korean Air dan Cathay Pacific Bertabrakan Sayap di Bandara Jepang
Pesawat Korean Air menabrak pesawat Cathay Pacific yang kosong saat sedang meluncur di bandara Jepang yang dilanda salju. Sayap pesawat Korean Air rusak.