TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute For Development Economics and Finance Enny Sri Hartati mempertanyakan latar belakang Bloomberg mengeluarkan daftar 15 negara paling sengsara di dunia dengan dasar indeks inflasi dan pengangguran. Indonesia ditempatkan di posisi juru kunci atau ke-15 dalam daftar itu.
Menurut Enny, daftar tersebut lebih baik dikeluarkan oleh badan yang mengurusi indeks kemakmuran, seperti Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa Program Pembangunan (UNDP). "Bloomberg, kan, basisnya bisnis, bukan kesejahteraan," ujar Enny ketika dihubungi, Jumat, 6 Maret 2015.
Karena itu, Enny mengatakan, seharusnya Bloomberg membuat daftar negara dengan mengedepankan nilai bisnis saja. Enny menjamin, jika ada daftar negara paling potensial dengan basis investasi dan bisnis, Indonesia akan bercokol di deretan atas dalam daftar tersebut. Hal ini terlihat dari meningkatnya kalangan kelas menengah di Indonesia. Sebanyak 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia (250 juta orang) termasuk kategori kelas menengah.
"Indonesia adalah pasar yang luar biasa," kata Enny. Namun Enny sependapat jika inflasi dan pengangguran disebut bersinggungan langsung dengan kesejahteraan rakyat. Karena itu, Enny berharap pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen pada tahun ini.
ANDI RUSLI
Berita terkait
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
5 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaFathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
8 hari lalu
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.
Baca SelengkapnyaMenhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo
10 hari lalu
Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral
11 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.
Baca SelengkapnyaApa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?
15 hari lalu
Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?
Baca SelengkapnyaImbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan
17 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.
Baca SelengkapnyaAirlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI
17 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel
18 hari lalu
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.
Baca SelengkapnyaADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?
22 hari lalu
ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.
Baca SelengkapnyaPengusaha Beri Masukan Peta Perekonomian ke Prabowo, Apa Isinya?
23 hari lalu
Kalangan pengusaha di Apindo memberi masukan berupa peta perekonomian kepada pemerintahan selanjutnya yakni Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Baca Selengkapnya