Presiden Jokowi berjalan usai menghadiri penutupan Kongres Umat Islam Indonesia VI di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, 11 Februari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat disebabkan oleh faktor eksternal. Menurut dia, faktor eksternal itu antara lain adalah turunnya harga minyak dunia.
"Faktor eksternal ini sekarang saling mempengaruhi," kata Jokowi di Jakarta Convention Center, Senayan, Kamis, 12 Februari 2015. "Baik yang berkaitan dengan terus turunnya harga minyak dunia dan juga (penghentian kebijakan) quantitative easing (pelonggaran moneter AS), semuanya saling berpengaruh."
Namun, Jokowi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak perlu dikhawatirkan. Musababnya, kata dia, kondisi fiskal dalam negeri sudah cukup baik. Indikatornya, inflasi saat ini sudah cukup terkendali. Apalagi, kata Jokowi, neraca perdagangan sudah semakin baik. "Semuanya perlu waktu untuk memperbaiki, saya kan memimpin baru tiga bulan lebih sedikit lho," ujarnya.
Sebelumnya, sempat menguat di level 12.000 per dolar AS, rupiah kembali anjlok. Pada perdagangan mata uang kemarin, rupiah terperosok hingga 12.700 per dolar AS. Salah satu faktor yang mempengaruhi depresiasi rupiah adalah pemulihan perekonomian Amerika Serikat.
Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) sempat menyatakan bahwa kondisi perekonomian nasional mereka semakin mendukung proses normalisasi kebijakan untuk menaikkan suku bunga.
Hingga sore ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,62 persen (78,9 poin) ke posisi 12.801 per dolar AS. Diperkirakan, kegagalan negosiasi pengucuran dana talangan kepada Yunani membuat mata uang euro dan mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar, termasuk rupiah. Apalagi di saat yang sama harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate kembali turun ke bawah US$ 50 per barel.