Proyek Mobnas, Indonesia Dianggap Cuma Jadi ATPM

Reporter

Editor

Grace gandhi

Minggu, 8 Februari 2015 01:14 WIB

Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan seorang staff saat mengunjungi pabrik mobil nasional Malaysia Proton di Shah Alam, 6 Februari 2015. REUTERS/Olivia Harris

TEMPO.CO , Jakarta: Proyek mobil nasional yang dilakukan melalui kerja sama dengan Proton Malaysia dianggap kurang tepat. Pengamat otomotif Dewa Yuniardi mengatakan kerja sama itu tidak akan membangun kemandirian nasional Indonesia dalam membangun Mobnas.

"Melalui kerja sama itu Indonesia tak jauh beda dengan menjadi ATPM Proton, hanya menjadi production base dan itu sulit untuk berkembang dan masuk ke pasar global," kata Yuniardi. Menurut dia, dalam proyek mobil nasional Indonesia seharusnya menjadi prinsipal (pemegang merk).

Penandatanganan nota kesepahaman proyek mobil nasional dilakukan antara CEO Proton Holdings Berhad Datuk Abdul Harith Abdullah dan CEO PT Adiperkasa Citra Lestari AM Hendropriyono di Proton Center of Excellence di Shah Alam, Malaysia, Jumat, 6 Februari 2015. Penandatanganan itu disaksikan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Menurut Yuniardi, dalam kerja sama itu status pemegang merek tetap dipegang Malaysia. Indonesia hanya bisa memproduksi, tanpa bisa mengembangkan. Padahal, dalam industri otomotif, hal yang paling penting adalah merk dan platform (pemilik paten). Ini menjadi dasar untuk mendapatkan hak atas kekayaan intelektual. Dalam industri otomotif hal ini disebut prinsipal.

Yuniardi menambahkan, untuk disebut mobil nasional, seharusnya ada sejumlah kriteria yang dipenuhi. Kriteria itu adalah konsep rancangan, analisis perancangan, pemilik paten, pemilik perusahaan adalah orang Indonesia. Begitu juga dengan manufaktur dan perakitan yang dilakukan di Indonesia.

Kerja sama dengan Proton ini juga menimbulkan kerugian untuk Indonesia. "Proton memanfaatkan ini untuk membuka pasar Indonesia," kata Yuniardi. Selain itu, mobil nasional ditaksir akan sulit bersaing di industri mobil yang telah ada. Sebab, Indonesia hanya bisa memproduksi mobil dengan lisensi yang dibeli dari Proton. Di sisi lain, lisensi yang dimiliki Proton--yang juga dibelinya dari Mitsubishi--adalah lisensi yang ketinggalan jaman. "Jadi Indonesia membeli lisensi dari perusahaan yang membeli lisensi dari perusahaan lain," kata Yuniardi.

Selain itu, mobil nasional juga akan sulit bersaing karena industri otomotif sudah didominasi pemain yang saat ini ada. Mereka bukan hanya sudah lama mendominasi, tapi juga sangat agresif menawarkan mobil dengan inovasi-inovasi baru. Hambatan ini bisa sedikit diatasi jika pemerintah memberikan captive market pada mobil nasional, misalnya mewajibkan kantor pemerintah menggunakan mobil nasional.

Namun, kerja sama mobil nasional ini juga tetap memiliki sisi positif. Paling tidak, menurut Yuniardi, kegiatan manufakturing mobil nasional bisa membuka lapangan pekerjaan.

AMIRULLAH



Berita terkait

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

40 menit lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

4 Lika-liku Perjalanan RUU DKJ Hingga Resmi Disahkan Presiden Jokowi

1 jam lalu

4 Lika-liku Perjalanan RUU DKJ Hingga Resmi Disahkan Presiden Jokowi

Pengesahan RUU DKJ ditandatangani Presiden Jokowi di Jakarta 25 April 2024 dan diundangkan di Jakarta pada tanggal yang sama oleh Mensesneg.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Hari Buruh Gagal Demo di Depan Istana, Presiden Jokowi Ada di Mana?

1 jam lalu

Massa Aksi Hari Buruh Gagal Demo di Depan Istana, Presiden Jokowi Ada di Mana?

Demonstrasi memperingati Hari Buruh itu membawa dua tuntutan. Salah satunya tuntutan mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Baca Selengkapnya

Harapan Jokowi dan Prabowo di Hari Buruh Internasional 2024

2 jam lalu

Harapan Jokowi dan Prabowo di Hari Buruh Internasional 2024

Jokowi dan Prabowo mengucapkan selamat Hari Buruh. Berikut harapan Presiden dan Presiden terpilih 2024-2029 itu.

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft ke Indonesia, Investasi hingga Luhut Menjamin Keuntungan

8 jam lalu

Bos Microsoft ke Indonesia, Investasi hingga Luhut Menjamin Keuntungan

Presiden Jokowi menerima kunjungan kerja Chief Executive Officer Microsoft Satya Nadella di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Selasa, 30 April 2024

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

9 jam lalu

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

CEO sekaligus Chairman Microsoft Satya Nadella bertemu Jokowi, kemarin. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

10 jam lalu

Siapa Sosok David Tobing yang Gugat Rocky Gerung?

Rocky Gerung dinyatakan tidak bersalah dalam gugatan penghinaan presiden yang diajukan David Tobing. Bagaimana kilas baliknya?

Baca Selengkapnya

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

23 jam lalu

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

Prabowo-Gibran diminta memperhatikan komposisi kalangan profesional dan partai politik dalam menyusun kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

1 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

1 hari lalu

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

Jokowi mengatakan selama 10 tahun dia menjabat sebagai presiden urusan konflik tanah selalu menjadi keluhan utama warga.

Baca Selengkapnya