Kerusakan AirAsia QZ8501 Dinilai Sulit Dideteksi
Editor
Retno Sulistyowati
Senin, 26 Januari 2015 08:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan cukup sulit untuk memastikan kerusakan sistem pada pesawat AirAsia QZ 8501. Kerusakan itu dicurigai sebagai penyebab jatuhnya pesawat tersebut pada 28 Desember lalu yang menewaskan lebih dari 160 orang. (Jonan: Laju Naik Air Asia Melebihi Pesawat Tempur)
"Pesawat jenis Airbus ini canggih, banyak komputernya. Jadi sulit mencocokkannya," kata dia kepada Tempo, Ahad, 25 Januari 2015. (Kejutan Evakuasi Air Asia, 7 dari 8 Penanda Raib)
Salah satu sistem yang diduga rusak bernama auto-flight-rudder travel limiter. Sistem ini mengatur pergerakan sirip yang berada di ujung ekor pesawat, dan menjaga kestabilan selama penerbangan. Beberapa hari sebelum mengudara, tanggal 25-26 Desember, pilot Iriyanto sempat mengeluhkan adanya masalah pada sistem tersebut di unit pesawat yang ia kendalikan. Namun, setelah pemeriksaan oleh tim engineering maskapai AirAsia, sistem tersebut diperbaiki, dan pada uji coba tanggal 26-27 Desember, dipastikan sudah berfungsi dengan baik.
Gerry mengatakan ada kemungkinan kerusakan sistem ini mempengaruhi sistem komputer lain yang terpasang di Airbus. Pesawat jenis ini memang terkenal dengan kecanggihan dan kerumitan teknologi komputerisasinya. Semua pergerakan dapat diatur oleh komputer, termasuk juga sistem pengendalian. Kerusakan pada sistem auto-flight-rudder travel limiter dicurigai merusak sistem komputer lain, sehingga secara tiba-tiba mengubah sistem pengendalian.
“Kemungkinan berpindah ke sistem pengendalian alternate, jadi pesawatnya stall,” kata Gerry.
Selanjutnya: Tiga Cara Pengendalian Pesawat
<!--more-->
Pengendalian pesawat sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu sistem normal yang memungkinkan komputer pesawat menjaga pengendalian yang tak memungkinkan pergerakan yang membahayakan pesawat. Lalu ada sistem alternate di mana komputer tetap memantau pengendalian pesawat, tapi tak secara otomatis mencegah pergerakan berbahaya. Terakhir, ada pengendalian direct atau manual, di mana komputer sama sekali tak memproses pergerakan.
“Jadi istilahnya sistem pesawat mengalami degradasi, sehingga komputer tak lagi menjaga. Makanya dia stall,” ujar Gerry.
Untuk memeriksa adanya masalah, tim investigasi perlu bekerja ekstra keras. Data masalah auto-flight-rudder travel limiter tak dapat seluruhnya ditemukan dari input pilot di Flight Data Recorder. Mereka harus mencocokkan juga dengan perekam data sistem otomatis khusus pesawat Airbus yang disebut central maintenance computer yang terpasang di bawah kokpit. Data sendiri berada di flash disk yang berada dalam komputer tersebut. Namun, tak seperti blackbox, komputer ini tak dirancang tahan kebakaran ataupun tekanan sehingga rentan hancur.
"Tapi tak masalah kalau hancur, yang penting flash disk-nya," ujar dia. Saat ini, kemungkinan tersebut masih terus ditelusuri oleh tim KNKT.
URSULA FLORENE SONIA
Berita Terpopuler:
KPK-Polri, Samad: Apa yang Jamin Saya Selamat...?
Budi Gunawan Dilantik Besok? Jokowi...
Jagoan Hukum ke Istana, Jokowi Bikin Tim Khusus
Ini Alasan Moeldoko Mengirim TNI Menjaga KPK
Heboh KPK Vs Polri, Jokowi Diminta Carikan Pekerjaan