Rupiah Menguat, Seberapa Kuat Intervensi BI ?  

Reporter

Kamis, 18 Desember 2014 05:54 WIB

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Akibat anjloknya Rupiah, sebagian pihak menganggap Rupiah adalah mata uang sampah, namun sebagian pihak memprediksi, pekan depan Rupiah akan membaik. Adek Berry/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya stabilisasi pasar keuangan berhasil membuat rupiah terlepas dari cengkeraman dolar. Dalam transaksi di pasar uang, Rabu, 17 Desember 2014, rupiah menguat 58 poin (0,45 persen) ke level 12.667 per dolar Amerika Serikat. Pergerakan rupiah berlawanan dengan mayoritas mata uang Asia yang masih melemah terhadap dolar AS. (Baca: BI Turun Tangan, Rupiah Mulai Jinak)

Ekonom dari PT BNI Securities Heru Irvansyah mengatakan langkah stabilisasi pasar keuangan yang dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia mampu meredam gejolak rupiah. Menurut Heru, BI telah melakukan intervensi di pasar uang, salah satunya dengan membeli obligasi surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 1,7 triliun di pasar sekunder. (Baca juga: Rabu Sore, Rupiah Jadi Mata Uang Terkuat di Asia.)

Selain itu, pernyataan pemerintah yang akan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah dengan menggenjot ekspor juga direspons positif oleh pasar. "Intervensi bank sentral mengguyur pasar dengan likuiditas, membuat rupiah menguat cukup signifikan," kata Heru.

Namun, Heru menilai intervensi bank sentral hanya mampu menjaga rupiah untuk sementara. Sebab, jumlah likuiditas yang dikucurkan BI terbatas. Bila intervensi dilakukan secara terus-menerus, posisi cadangan devisa terancam. "Di lain pihak, penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia sulit dibendung," ujar Heru. (Baca: Cinta Rupiah, BI Minta Pengusaha Tolak Dolar)

Menurut Heru, intervensi BI hanya mampu menstabilkan rupiah dari tekanan sifatnya jangka pendek. Kebutuhan akan dolar untuk pembayaran impor, utang, dan repatriasi keuntungan adalah faktor musiman yang hanya terjadi pada akhir tahun, sehingga perlu diambil langkah intervensi. Namun tekanan yang berasal dari eksternal sifatnya jangka panjang dan hanya bisa diatasi apabila ekonomi membaik dan neraca berjalan sudah terhindar dari defisit. (Baca: Jokowi-JK Janjikan Insentif Jaga Rupiah)

Posisi dolar masih kuat karena perlambatan ekonomi dunia dan turunnya harga minyak mentah. Perlambatan ekonomi akan mengurangi pendapatan, sehingga mengakibatkan penarikan dana dari pasar berkembang, termasuk Indonesia. "Setelah dana-dana itu ditarik, pelaku pasar akan melakukan lindung nilai atas aset-asetnya ke dalam bentuk dolar AS," kata Heru.

M. AZHAR


Berita Terpopuler
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar

Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah

Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok


Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya