TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Budi Satria mengatakan, sejak September 2013-2014, layanan branchless banking BRI yag diberi nama BRILInk telah melayani transaksi dengan total Rp 632 miliar. "Kami memang sudah punya layanan ini sebelum ada aturannya," kata Budi saat dihubungi, Jumat, 12 Desember 2014.
Menurut Budi, BRILink telah memiliki 15 ribu agen yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Layanan ini, ia melanjutkan, adalah salah satu usaha BRI untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal pengelolaan keuangan. "Layanan ini juga untuk mempermudah akses kepada masyarakat yang belum memiliki layanan perbankan," kata Budi. (Baca: Ahok Wajibkan Pedagang Punya Rekening Bank)
Sebagai perpanjangan tangan perbankan, ujar dia, layanan BRILink berbasis keagenan ini tak hanya memberikan manfaat efisiensi operasional. Namun juga memberikan kemudahan dalam bertransaksi bagi masyarakat, baik yang sudah maupun yang belum menjadi nasabah BRI.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia SE Nomor 16/12/DPAU/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital (LKD) dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital Individu, yang dapat menjadi agen BRILink adalah individu yang telah memiliki usaha minimal selama dua tahun ataupun badan usaha yang tidak berbadan hukum dan memiliki lokasi usaha permanen dan dikenal baik oleh masyarakat setempat. (Baca: Langgar Aturan Monopoli, BRI Didenda Rp 25 Miliar)
BRI kemudian akan memberikan nomor keagenan kepada setiap agen BRILink yang nantinya dipasang di lokasi usaha. Nomor keagenan tersebut juga dapat dicek secara langsung melalui aplikasi telepon seluler jenis apa pun dengan mengirimkan SMS ke 3300 menggunakan format: info(spasi)tbagen(spasi)noagen, dan akan mendapatkan balasan dengan informasi: nomor agen, nama agen, dan alamat agen.
