Kepala Transisi Jokowi-JK, Rini Soemarno Soewandi, bersama Politikus PDIP, Hasto Kristiyanto, usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, 23 Oktober 2014. Jokowi terus melakukan seleksi untuk susunan menteri kabinetnya setelah kemarin gagal mengumumkannya. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Investor merespon positif penundaan pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo. Menurut analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, investor percaya penundaan dilakukan karena pemerintahan Jokowi ingin menyusun kabinet yang bersih. "Justru penundaan ini bagus. Nyatanya, indeks berada dalam posisi hijau sehari setelah penundaan," kata Kiswoyo, Jumat, 24 Oktober 2014. (Baca : Soal BBM, Presiden Jokowi Panggil Eks Wamenkeu)
Pemerintah yang bersih diharapkan membuat kasus rasuah yang kerap terjadi di kabinet sebelumnya tak terulang. Kiswoyo juga menyatakan investor tak akan ambil pusing terhadap kabar bahwa ada tarik ulur antara Jokowi, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dalam penyusunan kabinet. "Kami percaya Megawati dan JK tak akan menginterupsi Jokowi terlalu banyak dalam pengambilan keputusan," ujarnya. (Baca: Faisal Basri Sarankan Harga BBM Naik 5 November)
Menurut Kiswoyo, pasar lebih mengkhawatirkan wacana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. "Pertama, jadi atau tidak harga BBM dinaikkan. Persoalan kedua adalah waktu kenaikan masih menjadi pertanyaan," katanya.
Pasar berharap kenaikan harga BBM beersubsidi dilakukan sebelum akhir tahun. "Tak boleh lewat akhir November," katanya. (Baca: Tokoh-tokoh Ini Dipanggil Jokowi ke Istana)
Kenaikan harga ini tak bisa ditawar lagi karena beratnya beban subsidi yang sudah dianggap tak produktif dan menghambat perekonomian. "Lagi pula jika kenaikan dilakukan November, Jokowi dapat bonus harga minyak sedang rendah pada saat itu," ujarnya.