Analis Saham: Efek Jokowi Hanya Bertahan 2 Hari

Reporter

Editor

Budi Riza

Minggu, 19 Oktober 2014 12:22 WIB

Dua orang melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 7 Juli 2014. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Analis Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengingatkan, "efek Jokowi" yang diperkirakan mampu mengerek kinerja indeks harga saham gabungan seusai pelantikan Jokowi Widodo dan Jusuf Kalla besok takan berlangsung lama.

“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, paling hanya satu-dua hari,” kata Satrio saat kepada Tempo, Ahad, 19 Oktober 2014.

Kinerja IHSG dan nilai tukar rupiah diperkirakan membiru seusai pelantikan presiden ketujuh itu. Hal ini dipicu oleh besarnya animo pasar terhadap rencana pembangunan yang disampaikan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Rencana pembangunan ini menambah kepercayaan dan harapan pelaku pasar ke depan. “Kondisinya sangat mendukung saat ini."

Namun, Satrio mengingatkan, kinerja IHSG dan rupiah tidak hanya bergantung pada sentimen domestik, tapi juga dipengaruhi kondisi internasional. (Baca: Mengintip Kegiatan Jokowi Jelang Pelantikan )

Satrio memaparkan, jika kondisi regional bagus dan dana asing masuk, diperkirakan kinerja indeks bakal membaik. Namun, sebaliknya, jika ternyata investor justru dalam keadaan jual, kinerja saham bakal terkena imbas. “Makanya kita lihat saja besok hingga beberapa hari ke depan."

Selain itu, rencana pemerintah mendatang menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi diperkirakan ikut mempengaruhi ekpektasi pasar. Namun kekhawatiran pelaku pasar sedikit reda seiring dengan munculnya tanda dukungan parlemen terhadap pemerintah dalam pertemuan antara presiden terpilih Jokowi dan nakhoda Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto. (Baca: Agenda Jokowi pada Hari Pelantikan Presiden )

Karena itu, seiring dengan peralihan kepemimpinan nasional yang akan dilangsungkan Majelis Permusyawaratan Rakyat besok, Satrio memperkirakan harga saham gabungan berada di angka Rp 5.040- 5.050 dengan support di angka Rp 5.150-5.200, sementara nilai tukar rupiah berada di angka Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat. “Resistent-nya berada di angka Rp 12.200,” kata Satrio.

Beberapa sektor saham yang masih menjadi buruan yakni perbankan dan konstruksi, sementara yang perlu diwaspadai yakni sektor komoditas. “Karena kita masih didera ketidakpastian kenaikan CPO dan batu bara."

JAYADI SUPRIADIN








Terpopuler

Jika Jadi Menteri, Pos Ini Milik Puan Maharani
Tanpa Ahok, Veronica Kunjungi Jokowi, Ada Apa?
Bertemu Prabowo, Jokowi Dianggap Punya Bank Emosi
Istri Ahok Ungkap Alasan Tak Tinggal di Rumah Dinas Gubernur
Band Arkarna Tiba di Jakarta untuk Selamati Jokowi

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

10 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

41 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya