TEMPO.CO, Jakarta - Konsumsi domestik telah mendorong secara tidak langsung pertumbuhan industri otomotif nasional. Pertumbuhan sangat pesat hingga beberapa kali melampaui proyeksi yang dibikin. (Baca: Jakarta Pasar Terbesar Mobil Mewah di Indonesia)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar mengungkapkan itu dalam Business Gathering Indonesia Eximbank di Hotel JW Marriott, Surabaya, Kamis malam, 9 Oktober 2014. Dia menyebutkan produksi mobil nasional saat ini mencapai 1,45-1,50 juta unit per tahun.
Padahal angkanya masih 400 ribu unit pada 2009 lalu. "Bahkan industri beberapa kali merevisi proyeksi kapasitas produksinya dari awalnya 2 juta unit pada 2019 kini malah 2016," kata Mahendra. (Baca: Pemerintah Izinkan Investor Asing Tapi Komponen Lokal)
Populasi kelas menengah ekonomi Indonesia yang sebanyak 120 juta orang, kata dia, membuat industri dalam negeri tumbuh. Dengan daya beli tinggi, produksi mobil yang kini sekitar 55 persen dalam 1,5 tahun mendatang bisa mencapai 99 persen. "Masuknya industri besi baja dengan skala industri besar nantinya industri manufacturing tumbuh juga," kata Mahendra lagi.
Mahendra mengungkapkan pertumbuhan itu berlawanan dengan kondisi ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) di pasar global. Namun, di sisi lain, tingginya konsumsi domestik menyebabkan ekspor sejumlah komoditas merosot karena dikurangi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini, kata Mahendra, menjadi pekerjaan rumah bagi presiden terpilih Joko Widodo nanti.
Rekam Jejak Menteri Bahlil Lahadalia yang Diduga Jual-Beli Izin Tambang
58 hari lalu
Rekam Jejak Menteri Bahlil Lahadalia yang Diduga Jual-Beli Izin Tambang
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, melaporkan Tempo ke Dewan Pers pada Senin lalu. Berikut ini rekam jejak Bahlil Lahadalia hingga menjadi Menteri Investasi.