TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akhirnya ditutup melemah 1,48 persen ke level 4.958,52 dalam perdagangan Rabu, 8 Oktober 2014. Sentimen negatif dari bursa global membuat investor kembali melakukan aksi jual yang agresif. (Baca: Dipacu Sentimen Global, IHSG Bakal Menguat).
Analis dari PT First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan koreksi tajam di bursa Amerika Serikat dan Asia turut berimbas bagi IHSG. Penurunan outlook pertumbuhan ekonomi global oleh IMF meningkatkan risiko investasi. "Akibatnya, pasar mulai menarik dana dan mengalihkannya ke aset safe haven, terutama dolar Amerika," katanya kemarin.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2014 dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 direvisi dari 4,4 persen menjadi 3,8 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini direvisi turun dari 5,5 persen menjadi 5,2 persen. (Baca: Tunggu Kabinet Jokowi, IHSG Bergerak Poco-poco)
Menurut Ivan, sejak krisis finansial dan krisis utang melanda pada 2008, hanya Amerika Serikat yang berhasil pulih dari krisis. "Tidak mengherankan apabila investasi di AS memancarkan daya tarik yang lebih prospektif, terutama di pasar obligasi dan deposito," katanya.
Konsolidasi dana asing pun mulai terasa di negara berkembang. Apalagi di Indonesia adanya sentimen politik dalam negeri dimanfaatkan oleh para manajer big fund asing untuk keluar dari pasar saham. Sejak kegaduhan politik muncul pada September 2014 hingga sekarang, total net sell asing telah mencapai Rp 8 triliun. (Baca: Pemilihan Ketua MPR Usai, Saham Langsung Jeblok )
Hari ini, Kamis, 9 Oktober 2014, IHSG diperkirakan kembali terkoreksi, namun dalam skala terbatas. Pelaku pasar akan membeli di harga rendah pada saham-saham yang telah terkoreksi cukup tajam.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Koalisi Jokowi Sukses Rayu DPD, Siapa Dalangnya?
Kasus Bunuh Diri di Menara BCA, Keluarga Histeris
Pria Loncat dari Menara BCA, Apa Penyebabnya?