Ekonom: Jokowi Harus Lanjutkan Reformasi Ekonomi

Sabtu, 16 Agustus 2014 15:14 WIB

Joko Widodo bergegas meninggalkan Balai Agung usai Pengukuhan Paskibraka di Balaikota, Jakarta, 15 Agustus 2014. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Bank Internasional Indonesia, Juniman, mengatakan pemerintah baru harus meningkatkan stimulus terhadap perekonomian. Hal ini bisa dilakukan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur dan belanja modal agar bisa memberikan efek yang cukup signifikan bagi kualitas ekonomi di Tanah Air.

"Saya kira (untuk mencapai) target pertumbuhan sebesar 5,6 persen pun (pemerintah) harus bekerja keras. Pemerintah mendatang harus terus melakukan reformasi struktural agar pertumbuhan berkualitas," ujar Juniman saat dihubungi, Jumat, 15 Agustus 2014. (Baca: RAPBN 2015 Beri Peluang untuk Pemerintahan Baru)

Menurut dia, sempitnya ruang fiskal yang dihadapi pemerintah baru harus diselesaikan dengan cepat. Defisit anggaran yang diproyeksikan mencapai 2,32 persen pada 2015 akan menyulitkan pemerintah untuk memberikan stimulus ekonomi. "Yang paling realistis adalah dengan menaikan harga BBM untuk menekan belanja," kata Juniman.

Selain itu, reformasi struktural juga harus dilakukan dengan meningkatkan produksi dalam negeri. Pemerintah harus melakukan revitalisasi baik di bidang manufaktur maupun nonmanufaktur agar ketergantungan terhadap impor bisa ditekan. Revitalisasi manufaktur bisa dilakukan dengan mulai mendorong produksi di dalam negeri untuk bahan baku yang selalu diimpor. "Masak, pemerintah tidak bisa mendorong agar benang diproduksi dalam negeri. Itu contoh kecilnya," ujar Juniman. (Baca: Chatib:Harga BBM Naik, Solusi Buat Pemerintah Baru)

Sementara itu, ekonom dari Universitas Indonesia, Anton Gunawan, menilai kualitas pertumbuhan ekonomi saat ini masih jauh dari harapan. Sebab, kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu di atas 5 persen, pembangunan dan pendapatan individu tetap tak merata. "Kualitas sumber daya manusia masih sangat rendah, sehingga tidak mendorong produktivitas dari pertumbuhan ekonomi tersebut," kata Anton saat dihubungi, Jumat, 15 Agustus 2014.

Menurut Anton, tingkat pengangguran di Indonesia saat ini memang terjadi penurunan, namun sebagian besar warga masih bekerja di sektor informal. Selain itu, masalah ketimpangan sosial juga menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan oleh presiden terpilih Joko Widodo. "Pertumbuhan ekonomi 5,6 persen yang ditargetkan pemerintah tahun depan tidak masalah. Asal berkualitas dan dirasakan secara merata oleh masyarakat," katanya. (Baca:Begini Tugas Tim Transisi Jokowi)

Dalam Nota Keuangan 2015 yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat, 15 Agustus 2015, asumsi makro ekonomi yang ditargetkan pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi 5,6 persen; inflasi 4,4 persen; dan nilai tukar rupiah Rp 11.900 per dolar Amerika Serikat. Selain itu, harga minyak mentah dipatok US$ 105 per barel; lifting minyak 845 ribu barel per hari; dan lifting gas 1.248 barel setara minyak per hari.



ANGGA SUKMA WIJAYA

Terpopuler:

Jokowi Mungkin Bikin 27 Kementerian
Jadi Ahli untuk Prabowo, Jokowi Telepon Yusril
Massa Prabowo Samakan KPU dengan PKI
2015, Gaji PNS, Polisi, dan TNI Naik 6 Persen
Marzuki Alie Pingsan di Sidang Pidato SBY

Berita terkait

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

11 menit lalu

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

Rencana Prabowo menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 menuai respons dari sejumlah kalangan. Mereka ingatkan Prabowo soal ini.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

23 menit lalu

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

Presiden Jokowi dan putra sulungnya yang juga Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, menyambut baik pembentukan presidential club.

Baca Selengkapnya

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

1 jam lalu

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

Prabowo Subianto aktif membuka komunikasi dengan partai-partai yang sebelumnya berseberangan dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

1 jam lalu

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

Apa kata Jokowi mengenai wacana penambahan menteri di Kabinet Prabowo hingga partai baru setelah tidak dianggap PDIP.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

1 jam lalu

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) menyoroti kritik publik terhadap Ditjen Bea Cukai belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

2 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memaklumi usaha selalu ada kondisi naik turun.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

11 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

11 jam lalu

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

Wapres mengatakan presidential club ini bisa dalam bentuk konsultasi baik secara personal maupun informal, jika sulit diformalkan

Baca Selengkapnya

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

11 jam lalu

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.

Baca Selengkapnya