Nelayan Tegal Malah Minta Subsidi Solar Dihapus

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 6 Agustus 2014 22:55 WIB

Ilustrasi kapal nelayan. ANTARA/Darwin Fatir

TEMPO.CO, Tegal - Saking kesalnya terhadap kebijakan pengurangan kuota solar bersubsidi, sebagian nelayan di Kota Tegal justru meminta pemerintah agar sekalian menghapus subsidi solar. "Asalkan pasokannya lancar dan kebutuhan solar untuk nelayan dipenuhi sesuai permintaan," kata Warlan, 47 tahun, nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari (PPPT) Kota Tegal, Rabu, 6 Agustus 2014.

Warlan mengatakan satu kapal cantrang membutuhkan 8.000 liter solar untuk melaut selama satu bulan. Karena pengurangan kuota solar bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Karya Mina, kapal cantrang hanya mendapat jatah 4.000 liter solar.

Walhasil, kapal berukuran di bawah 30 grosston (GT) itu hanya bisa melaut selama dua pekan. Setelah mendaratkan ikan hasil tangkapan, kapal tradisional itu harus antrE lagi di SPBN selama satu bulan untuk mendapatkan jatah solar.

Meski solar nonsubsidi lebih mahal, Warlan berujar, keuntungan nelayan selama satu bulan melaut akan jauh lebih besar daripada hanya melaut selama dua pekan dengan solar bersubsidi. "Percuma solarnya murah kalau kami harus menganggur selama satu bulan untuk menunggu jatah," ujar Warlan.

Bendahara Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Tasman, sepakat dengan usul penghapusan subsidi solar demi kelancaran nelayan. "Kalau harga solar disamaratakan, tidak ada lagi penyelewengan. Ini pendapat saya pribadi, bukan sebagai pengurus HNSI," kata Tasman.

Tasman adalah bekas nelayan dan juragan kapal di Kota Tegal. Pada era 90-an, dia berujar, nelayan bisa langsung melaut setelah membongkar hasil tangkapannya di tempat pelelangan ikan. "Pagi itu bongkar sekaligus mengisi solar. Sore langsung melaut," ujarnya.

Tasman menuturkan, pada masa itu, tiap satu kapal tradisional bisa melaut dua-tiga kali dalam sebulan. Selain tidak perlu antre solar, ikan juga mudah didapat karena kerusakan alam di dasar laut belum parah. Kemudahan nelayan mendapatkan solar itu berakhir setelah terjadi kenaikan harga hingga 100 persen pada 2005.

"Nelayan sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan solar bersubsidi. Yang diminta nelayan itu bisa lancar melaut tanpa harus menganggur terlalu lama," ujar Tasman. Sejak kuota solar bersubsidi untuk nelayan dikurangi, SPBN Karya Mina di PPPT Tegalsari hanya mendapat jatah 1.456 kiloliter per bulan. Sebelumnya, jatah mereka 1.488 kiloliter.

DINDA LEO LISTY

Topik terhangat:
Arus Mudik 2014 | MH17 | Pemilu 2014 | Ancaman ISIS


Berita terpopuler lainnya:
Ainun Najib: Next Project, Kawalpilkada.org
Google Tarik Game 'Bomb Gaza,' Dianggap Provokatif
Juru Parkir Liar di Kota Tua Raup Rp 2 Juta Sehari

Berita terkait

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

4 September 2022

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

Kenaikan harga BBM tak menyurutkan rencana perseroan membatasi penyaluran Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

11 Mei 2017

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

Pertamina Balikpapan akan menambah kuota BBM selama puasa sebesar 7 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

5 Januari 2017

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

Presiden Joko Widodo mengingatkan separuh dari kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor.

Baca Selengkapnya

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

25 November 2016

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

Pemerintah menunjuk badan usaha penyalur bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan penugasan 2017.

Baca Selengkapnya

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

30 September 2016

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

Pemerintah belum bisa mewujudkan rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium kendati masyarakat mulai beralih dari Premium.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

6 Mei 2016

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi mengalami kenaikan sekitar 10 persen saat libur panjang.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

3 Februari 2016

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

Pemerintah akan melihat aspek untung-rugi menghapus Premium.

Baca Selengkapnya

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

25 Juni 2015

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

Pertalite sudah disetujui DPR untuk dipasarkan.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

16 Juni 2015

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

Dalam kondisi normal, konsumsi Premium rata-rata 76.258 kiloliter per hari.

Baca Selengkapnya

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

22 April 2015

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

Emisi karbon Pertalite di bawah Premium.

Baca Selengkapnya