Penguatan Rupiah Minim Insentif  

Reporter

Rabu, 6 Agustus 2014 06:34 WIB

Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dan mayoritas mata uang regional berhasil menguat terhadap dolar seiring dengan berkurangnya minat investor atas aset-aset bernilai dolar. Data tenaga kerja (nonfarm payrolls) yang hanya tumbuh 209 ribu orang--jauh di bawah ekspektasi sebesar 233 ribu orang--membuat portofolio berbasis dolar kehilangan daya tarik sesaat. (Baca: Dolar Melemah, Rupiah Pimpin Penguatan Regional ).

Dalam perdagangan mata uang Selasa, 5 Agustus 2014, rupiah ditutup menguat 62,7 poin (0,53 persen) ke level 11.698,3. Sikap bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tak kunjung memastikan rencana kenaikan suku bunga masih menjadi faktor dominan yang membuat investor enggan mengakumulasi kepemilikan dolar. (Baca juga: Awal Pekan Habis Lebaran, IHSG Diprediksi Menguat ).

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, membenarkan arah pelemahan dolar memang masih dipengaruhi oleh wacana kenaikan suku bunga. Setelah nonfarm payrolls tumbuh di bawah ekspektasi dan belum adanya rilis data-data ekonomi AS yang positif dalam perdagangan kemarin, keyakinan investor semakin bertambah lantaran rencana percepatan kenaikan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat. “Kecenderungan pelemahan dolar lantaran minimnya keberadaan dukungan data-data harian,” ujarnya.

Karena itu, menurut Lukman, laju dolar bisa segera berbalik arah bila muncul rilis data-data ekonomi AS yang positif. Data nonmanufaktur AS pada Juli, yang diekspektasikan naik tipis pada level 56,6, berpeluang membuat laju dolar kembali menguat. (Baca juga: Data Cina Mengecewakan, Bursa Asia Terkoreksi).

Apalagi, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua yang melambat ke level 5,12 persen (year-on-year), rupiah rentan tertekan. Investor yang kembali mempertimbangkan aspek fundamental perekonomian diperkirakan enggan memegang aset-aset rupiah dalam waktu yang lama.

Pada hari ini, Rabu, 6 Agustus 2014, rupiah diperkirakan bergerak terbatas pada level 11.675-11.750 per dolar. “Sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi meningkatkan risiko kepemilikan aset bernilai rupiah,” tutur Lukman.

MEGEL JEKSON

Berita Terpopuler
Migrasi Golkar Tinggalkan Ical Tunggu Putusan MK
Foto dengan Bendera ISIS, Baasyir Akan Dihukum
Polisi Tolak Laporan Fadli Zon Soal Ketua KPU




Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya