BI Sebut Hakim Kasus Century Kurang Bertanya

Reporter

Jumat, 18 Juli 2014 05:04 WIB

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO , Jakarta:Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, menyalahkan hakim Tindak Pidana Korupsi yang menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara pada mantan Gubernur BI bidang moneter dan pengelolaan devisa, Budi Mulya, terkait kasus Bank Century. "Tanya saja bagaimana kondisinya ke pihak perbankan, para bankir, Ketua Perhimpunan Bank Swasta Nasional. Tanya ke ketua Ibu (Sri Mulyani, yang pada 2008 menjabat sebagai Menteri Keuangan dan ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)," katanya, saat ditemui di Jalan Lapangan Banteng, Kamis, 17 Juli 2014.

Dia menegaskan, bagi BI dan KKSK, pada 2008 memang terjadi krisis. Meski kondisi tersebut tak sebesar krisis 1998, kata Mirza, namun BI dan Kementerian Keuangan memang bertugas untuk menyelamatkan sektor perbankan. "Masak kita membiarkan krisis 1998 terulang? Itu namanya tidak bertanggungjawab," ujarnya. (Baca: Menteri Keuangan Chatib Basri Salahkan Hakim Kasus Century)

Dia menjelaskan, pada kuartal IV 2008, Amerika Serikat memberikan dana talangan kepada banyak bank besar di negeri Abang Sam. Bahkan Amerika terpaksa menurunkan suku bunga, dari 5 persen menjadi 0,25 persen.

Hal tersebut, kata Mirza, menunjukan bahwa ada krisis besar di Amerika Serikat. Artinya, sebagai negara besar di dunia, krisis tersebut membawa pengaruh bagi negara-negara yang bergantung kepada Amerika, termasuk Indonesia. "Lihat saja kurs rupiah di akhir tahun 2008. Saat itu rupiah melemah dari Rp 9.000 menjadi Rp 13.000," katanya.

Dalam kasus ini, Budi Mulya selaku Deputi Gubernur didakwa memperkaya diri sebesar Rp 1 miliar dari Robert Tantular, mantan pemilik Bank Century. Budi juga didakwa memperkaya pemegang saham Bank Century, yakni Hesham Talaat Mohamed Besheer Alwarraq dan Rafat Ali Rizvi, senilai Rp 3,115 triliun. (Baca: Hadapi Vonis, Budi Mulya Mengaku Emosional)

Perbuatan Budi juga dinilai memperkaya PT Bank Century sebesar Rp 1,581 triliun dan Robert senilai Rp 2,753 triliun. Kasus ini membuat negara merugi Rp 689,394 miliar terkait dengan pemberian FPJP dan Rp 6,762 triliun dalam penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.


PERSIANA GALIH





Terpopuler:
Istri Pimpinan ISIS Mantan Penata Rambut

Pamer Busana Muslimah, Syahrini Di-bully Netizen

Beredar Video PPS Rusak Surat Suara di Sukoharjo

Kiper Oblak Bergabung ke Atletico Madrid

Israel Sebar Selebaran Mengungsi, Warga Gaza Cuek

Samsung Kuasai Pasar Tablet Indonesia

Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya