TES BIODIESEL - Bupati Kebumen Buyar Winarso sedang mengisi kendaraannya dengan minyak biodiesel nyamplung yang dibawa oleh Bupati Purworejo, Senin (5/3). Nyamplung dikenal sebagai minyak biodiesel yang ramah lingkungan sebagai energi alternatif. TEMPO/Aris Andrianto
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan uji coba pemakaian biodiesel 20 persen atau B20 untuk menggenjot program penghematan bahan bakar minyak subsidi. "Bahan bakar B20 ini merupakan campuran solar 80 persen dan biofuel dari minyak sawit sebesar 20 persen," kata Menteri Energi Jero Wacik di Jakarta pada Kamis, 17 Juli 2014.
Uji coba ini akan menghasilkan data teknis pemanfaatan biodiesel 20 untuk kendaraan roda empat dan alat berat, sebelum diberlakukan pada 2016. Sebelumnya, ujar Jero, pemerintah sudah mencampur solar dengan biofuel dari minyak sawit sebesar 10 persen dan dijual dengan merek dagang 'Biosolar' di SPBU. "Penambahan persentase minyak nabati dari 10 menjadi 20 persen perlu diuji efeknya terhadap ketahanan dan performa mesin," Jero menjelaskan. (Baca: Produksi Biodiesel Diperluas ke Indonesia Timur)
Dalam program uji coba biodiesel ini, Kementerian Energi menggandeng PT Pertamina (Persero) yang menyediakan solar murni nonsubsidi; Gaikindo sebagai penyedia mobil diesel yang diuji coba; serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang melakukan riset pencampuran dan pengkajian data hasil uji jalan. (Baca: Pertamina Gelar Tender Pengadaan Biodiesel)
Sementara itu, Wakil Menteri Energi Susilo Siswoutomo memperkirakan potensi penghematan impor solar dari program biodiesel 20 ini sekitar 20 persen. "Bila tahun ini Indonesia impor solar nonsubsidi hingga 16 juta kiloliter, maka bila program B20 ini berjalan, ada potensi penghematan impor sebanyak 3,2 juta kiloliter," tuturnya.