Sejumlah petugas menghitung uang di gudang tempat penyimpanan uang Bank Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Senin 7 Juli 2014. Untuk merespon kebutuhan masyarakat dan mengurangi transaksi penukaran di pinggir jalan, Bank Indonesia menyediakan 12, 4 triliun uang cetak baru. TEMPO/Aditya Herlambang putra
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan, pada pekan pertama Ramadan, uang pecahan baru sekitar Rp 11 triliun telah terdistribusi ke masyarakat. Perkiraan Bank Indonesia, kebutuhan uang pecahan masyarakat pada musim Lebaran ini sekitar Rp 118,5 triliun.
"Yang saya hafal, awal Juli itu sudah terima laporannya sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun yang sudah keluar," ujar Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, saat menghadiri buka bersama Bank Indonesia dengan media di gedung Bank Indonesia, kemarin. Bank Indonesia sendiri sejak awal Juli memiliki persediaan uang Rp 156 triliun. (Baca: BI: Jangan Kaget dengan Uang NKRI)
Ronald menuturkan 92 persen uang penukaran tersebut berupa pecahan besar di atas Rp 20 ribu. Sedangkan 8 persen lainnya merupakan uang pecahan kecil di bawah Rp 20 ribu. "Kalau di Jawa, pecahan kecil banyak permintaan. Kalau di Kalimantan, pecahan besar," ujarnya. (Baca: BI: Peredaran Uang Palsu Menurun)
Menurut Ronald, peredaran mata uang pecahan memiliki keunikan tersendiri di masing-masing wilayah. Ia mengatakan wilayah pertambangan seperti Kalimantan cenderung membutuhkan penukaran uang dalam pecahan besar. Sedangkan wilayah pertanian memiliki karakteristik berkebalikan dari wilayah pertambangan, yaitu membutuhan uang pecahan kecil.
Bank Indonesia sebelumnya menyampaikan adanya pertumbuhan 14,9 persen pada kebutuhan uang tunai periode Lebaran 2014. Berdasarkan catatan, tahun 2013, kebutuhan uang periode Lebaran mencapai Rp 103,2 triliun. Sedangkan tahun ini Bank Indonesia memproyeksikan kebutuhannya Rp 118,5 triliun.