TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Irwanto mengatakan operasi pasar tidak perlu dilakukan oleh Perum Bulog karena stok daging masih aman.
Operasi pasar, kata dia, biasanya dilakukan jika stok komoditas tidak ada atau terjadi monopoli (kartel). "Kalau sekarang, suplai dan demand relatif seimbang, apalagi impor dibuka," kata Syukur saat dihubungi, Jumat, 13 Juni 2014.
Menurut Syukur, ada kesalahan pada sistem tata niaga. Sebab, harga daging tinggi saat persediaannya melimpah. "Saya berharap KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) turun tangan untuk selidiki pasar yang semakin tak sehat," ujar Syukur. Sebab, tutur dia, dengan pasar yang tidak sehat ini, pihak yang paling dirugikan adalah konsumen dan peternak dalam negeri. (Baca: 27 Ribu Ton Daging Siap Jelang Lebaran)
Menjelang Ramadan, Perum Bulog siap menggelar operasi pasar di seluruh Indonesia. Komoditas yang disiapkan tahun ini bukan hanya beras, melainkan juga gula dan daging. Khusus untuk daging, perusahaan pelat merah ini akan menggunakan daging sisa yang diimpornya tahun lalu.
Sutarto mengatakan 3.000 ton daging impor yang diimpor Bulog tahun lalu masih tersisa 280 ton. Sisa stok daging ini akan digunakan untuk operasi pasar di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Sutarto menjamin keamanan konsumsi seluruh daging beku tersebut. "Masih aman dan sehat. Ini disimpan empat tahun pun kuat kok," tuturnya.
Soal harga jual, Bulog bakal melepas daging sapi beku dengan harga Rp 75 ribu per kilogram. Itu lebih murah dibanding harga daging sapi segar di pasar tradisional yang saat ini ada di kisaran Rp 97 ribu per kilogram. (Baca: Jelang Lebaran, Pemerintah Impor 278 Ribu Sapi)