TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, Sigit Pramono, menyatakan bahwa sampai saat ini BNI masih menunggu keputusan dari Bank Indonesia (BI) mengenai penerbitan obligasi subordinasi (subdebt). Menurut Sigit, tidak ada alasan spesifik dari BI mengenai belum dikeluarkannya ijin penerbitan obligasi ini. "Obligasi ini akan diterbitkan dalam bentuk dolar untuk pengembangan kredit,"kata Sigit kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/3). Menurutnya, kredit tahun ini akan tumbuh 25 persen dari Rp 57 triliun menjadi Rp 71 triliun. Namun, Sigit yakin BI akan memberikan ijin untuk penerbitan obligasi senilai US$ 200-300 juta ini. "Karena kami lihat bank-bank lain seperti Bank Niaga, Bank Danamon, dan BII sudah dapat ijin,"kata Sigit. Penerbitan obligasi ini, menurut Sigit rencananya akan dilakukan sebelum BNI melakukan merger dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Dan setelah itu baru BNI akan melakukan penawaran saham publik kedua (secondary public offeringM/i>). Sigit belum mengetahui, waktu merger dengan BTN. "Namun kami sudah menyiapkan dana untuk merger ini,"kata Sigit. Jumlah dananya tergantung dari nilai wajar BTN dalam uji tuntas (due dilligance). "Harapan kami aliansi ini sebagai awalan untuk secondary public offering supaya nilai perusahaan meningkat,"kata Sigit. Laba bersih BNI tahun 2004 adalah sebesar Rp 3,14 triliun, naik 278,2 persen dibanding laba 2003 sebesar Rp 829 miliar. Namun, kecilnya laba tahun 2003 ini disebabkan oleh kasus Letter of Credit (L/C) Kebayoran. Fanny Febiana