Utang Luar Negeri Swasta Melonjak, Apa Sebabnya?  

Rabu, 21 Mei 2014 05:45 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menyatakan bisa memahami kenapa nilai utang luar negeri swasta belakangan terus naik. "Kenapa? Karena kalau Indonesia pinjam dolar ke luar negeri, biayanya lebih murah dibanding meminjam rupiah di dalam negeri," kata Chairul di kantornya, Selasa, 20 Mei 2014.

Pernyataan ini menanggapi data Statistik Utang Luar Negeri yang dirilis oleh Bank Indonesia kemarin. Per Maret 2014 tercatat utang luar negeri mencapai US$ 276,5 miliar atau sekitar Rp 3.155 triliun. Angka itu naik sekitar US$ 4,15 miliar bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 272,35 miliar. (Baca: Maret, Utang Luar Negeri Capai Rp 3.155 Triliun)

Sebagian besar utang tersebut berasal dari swasta sebesar US$ 145,98 miliar. Sisanya bersumber dari pemerintah dan bank sentral yang mencapai US$ 130,5 miliar. Adapun rasio pembayaran utang (DSR) per kuartal pertama tahun 2014 ini sebesar 46,31 persen atau lebih tinggi ketimbang periode serupa tahun lalu yang sebesar 36,79 persen. (Baca: Terus Membengkak, Utang Swasta Akan Diselidiki)

Lebih jauh, CT—begitu Chairul Tanjung sering disapa—menjelaskan kenaikan utang luar negeri dari swasta ini juga akibat dari rasio penyaluran utang dari perbankan yang sudah terlalu tinggi. “LDR perbankan sudah lebih dari 90 persen, bank nasional juga terbatas dalam memberikan pinjaman bagi dunia usaha,” tuturnya. Walhasil, kalangan swasta melirik utang luar negeri sebagai salah satu opsi yang paling realistis.

Meski begitu, menurut dia, Bank Indonesia terus menyampaikan kekhawatirannya terhadap mismatch pembayaran utang luar negeri oleh pihak swasta. Bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan, pemerintah akan terus menggodok kebijakan untuk bisa mengatasi persoalan tersebut.

Hal berbeda disampaikan oleh Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri. Ia menyebutkan utang luar negeri Indonesia sejauh ini masih aman. "Relatif oke, capital inflow-nya masih terjadi," katanya. Namun demikian, utang luar negeri tetap harus diperiksa karena banyak pihak swasta yang melakukan pinjaman tersebut.

MARIA YUNIAR

Terpopuler:
Jadi Cawapres, Ini Daftar Kebijakan Kontroversi JK
Profil Wisnu Tjandra, Bos Artha Graha yang Hilang
Inanike, Pramugari Garuda yang Salat di Pesawat

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya