Kawasan proyek pembangunan cluster baru di Kawasan Kota Wisata Cibubur, Jawa Barat (29/11). Pada triwulan pertama tahun 2013, pengembang Kota Wisata Cibubur akan meluncurkan 2 cluster perumahan baru. TEMPO/Amston Probel
TEMPO.CO, Jakarta - Rencana produsen semen menaikkan harga jual produknya pada tahun ini dipastikan akan berdampak pada pembangunan perumahan. "Akan ada kenaikan ongkos produksi karena komponen semen, sekitar 10 persen dari biaya pembangunan rumah," kata pengusaha properti, Setyo Maharso, saat dihubungi Tempo, Kamis, 8 Mei 2014.
Menurut mantan Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) ini, meski ongkos produksi pembangunan rumah naik, tidak serta merta harga rumah akan mengikuti. Terutama, harga rumah sederhana yang sudah ditentukan pemerintah.
Biasanya, kata dia, jika ada kenaikan harga komponen pembangunan rumah seperti besi dan semen, pengembang menyiasatinya dengan mengurangi kualitas bahan bangunan. Misalnya, keramik lantai.
Bahkan, untuk rumah murah, pengembang melakukan "akrobat" yang lebih drastis. Pengembang hanya memplester dinding luar rumah, sedangkan dinding dalam dibiarkan "telanjang". "Penghematannya bisa signifikan sekali," ujar Setyo.
Praktek semacam ini, kata Setyo, sudah biasa dilakukan pengembang. "Itu tidak menyalahi perjanjian pengikatan jual-beli dengan konsumen karena memang tidak diatur," ujarnya. Apalagi lambat-laun, rumah murah itu akan direnovasi pemiliknya seiring dengan kenaikan pendapatan.
Kemarin, PT Semen Indonesia Tbk yang memproduksi Semen Gresik dan Semen Tonasa menyatakan akan menaikkan harga jual sebesar 3-4 persen pada tahun ini. Begitu pula PT Holcim Indonesia Tbk, yang memproduksi semen Holcim akan menaikkan harga 3-5 persen. Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan tarif tenaga listrik dan upah minimum.