TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 2 triliun untuk mengantisipasi iklim ekstrem dan bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah meramalkan kemungkinan terjadinya El Nino skala rendah pada Mei-September 2014.
"Kadang-kadang prediksi BMKG tepat, bisa juga tidak. Tapi pemerintah tetap harus antisipasi kalau terjadi iklim ekstrem yang akan menggangu aktivitas pertanian," kata Menteri Pertanian Suswono seusai rapat koordinasi pangan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa, 29 April 2014.
Menurut Suswono, anggaran Rp 2 triliun tersebut bisa saja dialokasikan untuk kegiatan pompanisasi. Sebab, jika serangan hawa panas El Nino terjadi, perlu mengoptimalkan penggunaan air tanah atau air sungai untuk mengantisipasi kekeringan. "Intinya, ada anggaran yang jelas setiap tahun untuk mengantisipasi iklim ekstrem semacam ini," ujarnya.
Menteri dari Partai Keadilan Sejahtera ini masih optimistis aktivitas produksi tanaman pangan tahun ini sesuai dengan target. Dengan prediksi El Nino skala rendah, artinya iklim di Indonesia cenderung mendekati normal. "Kalau normal, paling tidak irigasi yang akan kita optimalkan agar sawah tetap ditanami. Biasanya kalau kemarau, produktivitas justru meningkat karena penyinaran cukup," ujarnya.
Namun produksi gabah kering ada koreksi dari yang ditargetkan dalam Aksi Bukittinggi. Dari target 76 juta ton, pemerintah tahun ini memperkirakan produksi beras hanya 73 juta ton. Adapun jagung masih di kisaran 20 juta ton, sementara kedelai direvisi menjadi 1,2 juta ton. "Ini lebih kepada persoalan anggaran dan realisasi kementerian yang tidak sesuai dengan yang dicanangkan di awal," ujarnya.
