TEMPO.CO, Jakarta - Setelah program pembelian obligasi (quantitative easing) selesai pada tahun ini, bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga. (baca: Stimulus Dipangkas, Bursa Asia Berguguran)
Sinyal adanya kenaikan suku bunga dikatakan gubernur bank sentral (The Fed), Janet Yellen, dalam pertemuan Komite Ekonomi Federal Amerika Serikat kemarin, 19 Maret 2014. Yellen mengatakan masih menunggu waktu yang tepat untuk mengetatkan kebijakan moneternya.
"Sangat sulit untuk menentukan kapan, tapi kami membutuhkan jangka waktu yang cukup. Mungkin sekitar enam bulan (setelah tapering) atau mungkin setelah itu," ujar Yellen.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa kebijakan tapering akan segera berakhir pada akhir tahun ini dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga pada 2015.
Namun dia kembali menegaskan perubahan kebijakan moneter masih bergantung pada pemulihan perekonomian AS, terutama pertumbuhan pasar tenaga kerja dan inflasi. "Kami akan mengevaluasi seberapa dekat kami dengan tujuan. Apakah semakin dekat dan bergerak cepat atau semakin dekat tapi bergerak lambat."
Selain itu, Yellen akan mempertimbangkan faktor inflasi. Jika inflasi terus berjalan di bawah target 2 persen, suku bunga rendah masih akan diterapkan.
Kebijakan suku bunga rendah pada kisaran 0-0,25 persen diterapkan di AS untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi pascakrisis finansial 2008. Kebijakan pelonggaran moneter ini kemudian diikuti dengan program quantitative easing pertama pada 2009, yang menyebabkan masuknya dolar besar-besaran ke pasar saham global.
Seiring dengan pulihnya ekonomi AS, The Fed kini mulai menjaga keseimbangan moneternya dengan mengurangi stimulus serta mempertimbangkan untuk mengakhiri kebijakan suku bunga rendah.
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
3 Oktober 2023
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diakibatkan semakin menguatnya perekonomian negara Paman Sam tersebut.