TEMPO.CO , Jakarta- Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia yang cukup tinggi menyebabkan investor mengalami jenuh beli (overbought). Efek pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi, sebagai presiden perlahan mulai memudar di pasar modal. (Baca : Waspadai Aksi Ambil Untung di Bursa)
Pada penutupan perdagangan Selasa, 18 Maret 2014, IHSG terkoreksi 70,57 poin (1,45 persen) ke level 4.805,61. Indeks melawan arah bursa regional Asia yang cenderung bergerak positif seiring dengan meredanya tensi setelah referendum Crimea.
Analis PT MNC Securities, Reza Nugraha, mengatakan euforia Joko Widodo yang mengerek indeks sangat tinggi akhir pekan lalu telah berakhir. Kenaikan itu mendorong harga saham menjadi mahal sehingga indeks akan mengalami relaksasi. “Ketika sentimen yang ada di pasar tidak terlalu mendukung kenaikan lebih lanjut, pelaku pasar akhirnya memilih melakukan ambil untung,” katanya. (Baca : Cara-cara Ini yang Menggerus Efek Jokowi ).
Menurut Reza, kenaikan tajam hingga 3,2 persen dalam satu hari perdagangan sulit bertahan dalam waktu yang lama tanpa didukung oleh fundamental yang benar-benar kuat. Apalagi tidak ada data ekonomi yang dirilis positif pada pekan lalu, kecuali rilis kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 7,5 persen. “Karena itu, faktor fundamental ekonomi tetap harus menjadi pertimbangan utama pelaku pasar,” ujarnya. (Baca : Mungkinkah Efek Jokowi Bertahan Lama? )
Meski demikian, ia tidak menampik anggapan bahwa menjelang pemilihan umum bisa saja muncul kejadian tidak terduga, seperti pada kasus efek Jokowi, Jumat akhir pekan lalu. Rumor pasar pun akan lebih banyak berseliweran sehingga volatilitas IHSG akan lebih tinggi dari biasanya. Dalam situasi ini, pelaku pasar diharapkan berhati-hati dan disarankan mengambil posisi beli-lepas (trading) jangka pendek sampai berakhirnya Pemilu.
Reza memperkirakan hari ini, Rabu 19 Maret 2014, indeks bergerak pada rentang 4.770-4.810 dengan kecenderungan fluktuatif. “Saya rekomendasikan beli pada harga rendah (buy on weakness) pada saham-saham Bank Mandiri, Bank BRI, dan beberapa saham konstruksi.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Inikah 'Pilot Bayangan' dalam Penerbangan MH370?
Mengapa Sinyal Darurat Malaysia Airlines Tak Aktif
Anggun dan Andien di Pernikahan Anak Sekretaris MA
Kopilot MH370 Berencana Nikahi Pilot AirAsia