Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO , Jakarta - Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan terkait rencana pembentukan induk usaha (holding) badan usaha milik negara di bidang farmasi, maka hal tersebut tergantung menajemen masing-masing perusahaan farmasi dalam memutuskannya. Sebab selama ini proses merger dua perusahaan BUMN yakni PT Kimia Farma dan Indofarma yang berstatus terbuka itu tak kunjung dilakukan. (Baca juga : BUMNFarmasi Diminta Memproduksi Bahan Baku Obat)
“Jadi, jika benar merger ini akan dilakukan, maka harus ada penyatuan visi, misi, tujuan perusahaan, manajemen dan sumber daya manusia, hal ini terutama untuk meraih peluang diberlakukannya tahun penyelenggaraan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), ujar Reza ketika dihubungi, Minggu, 23 Februari 2014. (Lihat juga : BUMNFarmasi Diminta Pasok Bahan Baku Obat)
Reza mengatakan, pemberlakukan BPJS tahun ini memberikan peluang bagi masing-masing perusahaan farmasi untuk menunjukkan kinerjanya. Dengan merger BUMN farmasi, mereka bisa meningkatkan kinerja bisnisnya. (Berita terkait : Target Holding BUMN Gagal, Eksternal Disalahkan)
“Namun jika dalam proses pembentukan holding dan merger ini banyak gangguan dan rintangan baik dari sisi manajemen dan sumber daya manusia masing-masing perusahaan, maka sebaiknya proses pembentukan holding dan merger ini ditunda,” ujar Reza.
Jangan sampai jika proses pembentukan holding dan merger ini terganggu, kata dia, maka bisa membuang kesempatan perusahaan farmasi BUMN ini bisa meraup kesempatan dari peluang peningkatan produksi dari program BPJS. “Jangan sampai isu ini dimanfaatkan pesaing,” ujar Reza.