Sejumlah tamu undangan berbincang di lokasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (2/1). Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman mengatakan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir masih berada dalam potensi rentan. Hal ini disebabkan kondisi makro ekonomi Indonesia masih riskan karena inflasi dan suku bunga yang cukup tinggi.
“Data makro ekonomi yang tidak cukup solid tersebut belum memberi indikasi penguatan indeks sehingga indeks berpotensi mengalami volatilitas dan bergerak secara fluktuatif,” ujar Norico ketika dihubungi, Kamis, 20 Februari 2013.
Norico mengatakan setimen dalam negeri belum cukup kuat untuk mendorong penguatan indeks secara konsisten. Hari ini diperkirakan ada potensi koreksi IHSG. Level psikologis IHGS berada pada level 4600.
Namun dia berpendapat IHSG akan naik pada level 4.900-5.000 pada akhir tahun. Hal ini dimungkinkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2014 tercapai pada level 5,7-6 persen.
Pada perdagangan terakhir, Rabu, 19 Februari 2014, IHSG ditutup menguat 0,80 persen dari hari sebelumnya ke level 4.592,65. Perdagangan tercatat dengan frekuensi 248.476 kali yang mencetak total volume 5,20 miliar saham senilai Rp 7,05 triliun.
Dalam perdagangan tersebut, delapan dari sembilan sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menguat dipimpin sektor aneka industri yang naik sebanyak 2,11 persen. Lebih lanjut, sektor yang melemah adalah properti dan konstruksi sebesar 0,50 persen.
Sekadar informasi, sejak awal tahun (year to date) IHSG mencatatkan performa kedua terbaik di Asia Tenggara dengan pertumbuhan 7,45 persen setelah indeks Vietnam yang melonjak 14,7 persen.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.