Efek Kelud, Produksi Susu di Malang Anjlok
Editor
Widiarsi Agustina
Rabu, 19 Februari 2014 04:02 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:- Letusan Gunung Kelud pada Kamis malam pekan lalu menurunkan produksi susu segar di Jawa Timur hingga 50 persen. Anjloknya produksi susu dikarenakan mayoritas sapi perah dimiliki peternak dan koperasi yang berlokasi di daerah-daerah terdampak letusan.
Menurut Sulistyanto, Ketua Bidang Usaha Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Timur, mengatakan, selama ini kegiatan produksi susu segar terpusat di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Khusus di Kabupaten Malang, Pujon, Ngantang, dan Kasembon merupakan tiga kecamatan yang menjadi sentra andalan produksi susu di Jawa Timur. Ngantang menjadi wilayah terdampak erupsi Kelud terparah.
"Begitu Gunung Kelud meletus, kami langsung mendata dan berkoordinasi dengan sebagian besar anggota kami. Hasilnya cukup pahit, rata-rata produksi susu turun 50 persen pasca-erupsi Kelud," kata Sulistyanto pada Selasa, 18 Februari 2014.
Ia mencontohkan, produksi susu Koperasi SAE Pujon-salah satu koperasi susu terbesar di Jawa Timur-anjlok dari rata-rata 90 ribu liter atau 90 ton menjadi 45 ton per hari. Bahkan, produksi susu Koperasi Sumber Makmur di Ngantang anjlok hingga 60 persen dari rerata 80 ton menjadi 32 ton per hari. Koperasi susu di Kasembon turun dari 10 ton menjadi 5 ton per hari. Hanya produksi koperasi susu di Kota Batu yang relatif stabil bertahan di angka 25 ton; bila ada penurunan produksi jumlahnya kurang dari 10 persen.
Di luar Malang dan Batu, produksi koperasi susu di Blitar merosot dari kisaran 30 ton menjadi 10-20 ton per hari. Di Kediri, produksi susu yang dihimpun oleh koperasi anjlok dari 40 ton ke 8-10 ton per hari.
Anjloknya produksi susu karena pakan hijauan berupa rumput dan air rusak parah tertutup abu vulkanik. Sudah begitu, ribuan sapi pun diduga menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, yang dapat mempengaruhi reproduksi dan volume produksi.
"Waktu ada letusan, para peternak meninggalkan sapi-sapinya untuk mengungsi. Saat letusan mereda, mereka kembali untuk melihat ternaknya dan mereka terpaksa memberi pakan berupa konsentrat dan pakan hijauan yang tersisa dan sudah kering," kata Sulistyanto.
Sulistyanto tak bisa menyebut nilai kerugian yang ditanggung peternak dan koperasi susu. Secara diplomatis ia menyatakan nilai kerugian tinggal dihitung berdasarkan rata-rata harga susu Rp 5 ribu per liter di tingkat peternak. Beberapa koperasi, terutama Koperasi SAE Pujon, tak sepenuhnya bisa beroperasi karena sebagian gedung dan halamannya dijadikan tempat menampung pengungsi dan dapur umum. Sudah begitu, jalur distribusi susu pun tersendat-sendat.
GKSI sangat berharap pemerintah pusat dan daerah, serta industri pengolahan susu, khususnya PT Nestle Indonesia selaku penyerap terbesar produksi susu di Jawa Timur, membantu kesusahan peternak dan koperasi susu.
Sukatno, 48 tahun, warga Dusun Kutut, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, juga berharap pemerintah bisa membantu penyediaan pakan bagi tiga ekor sapi betina dan seekor anakan sapi miliknya yang sudah diungsikan ke Pujon. Sejak Kelud meletus pada Kamis malam pekan lalu, ia dan hampir semua peternak di Pandansari mengungsikan sapi-sapi ke luar desa.
"Bisa sebulan atau berbulan-bulan kami tidak bisa memerah susu. Dalam sehari saya bisa memerah 60 liter susu dari tiga ekor sapi betina yang saya punya. Pemerahannya dua kali, pagi dan sore, dengan harga per liter hampir Rp 5 ribu. Lha, sekarang saya sekeluarga untuk sementara tak bisa mendapat penghasilan dari sapi perah," kata Sukatno di depan rumahnya.
Sujono, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang, menambahkan, Pujon, Ngantang, dan Kasembon menyumbang susu segar sebanyak 250 ribu liter per hari atau 25 persen dari total produksi susu Jawa Timur yang berkisar 1 juta ton per hari. Jawa Timur menyumbang 52 persen produksi susu nasional.
Produksi susu di Kabupaten Malang berasal dari 14 ribu ekor sapi perah di Ngantang, tapi kini yang terdampak erupsi Kelud sekitar 10 ribu ekor.
Di Kasembon ada 5 ribu ekor sapi dan yang terdampak erupsi sekitar 2 ribu ekor. Sedangkan di Pujon, yang menjadi sentra sapi perah terbesar di Kabupaten Malang, ada sekitar 22 ribu ekor sapi dan hanya sedikit yang terdampak ringan, tapi produksi susu anjlok 50 persen.
"Produksi susu tahun ini pasti terganggu dan ini semua di luar kehendak kita," kata Sujono.
ABDI PURMONO