TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan rupiah diperkirakan akan berada dalam level Rp 11.960-11.800 pada perdagangan hari ini. Perkiraaan laju rupiah tersebut lebih tinggi 74 poin jika dibandingkan penutupan Jumat pekan lalu, yaitu pada level 11.886. (baca: Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?)
"Perkiraan rupiah yang menguat ini disebabkan karena beberapa sentimen positif berasal dari luar negeri," kata Reza ketika dihubungi, Senin, 17 Februari 2014.
Sentimen positif tersebut yaitu terus melemahnya nilai tukar dolar Amerika. Penyebabnya, dilanjutkannya pengucuran dana stimulus Amerika dan menunda rencana pencabutan pembelian obligasi atau tapering off memicu sentimen negatif di sana. Dampaknya, permintaan akan mata uang safe heaven berkurang. Hal ini berimbas positif pada laju mata uang Asia menguat, termasuk rupiah.
Selain itu, beberapa data Amerika menunjukkan penurunan pada pekan sebelumnya, mulai dari MBA mortgage applications dan retail sales yang menurun.
"Indeks klaim pengangguran Amerika juga kembali naik, sehingga pelaku pasar kecewa dan beralih pada mata uang lain, termasuk rupiah," ujar Reza.
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
2 hari lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen