Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan banyak pihak yang meminta Merpati fokus di rute perintis. Musababnya, menurut Dahlan, Merpati kini berbeda dengan yang dulu. Kemampuan Merpati sekarang sudah tertingal jauh dari pesaing-pesaingnya yang memiliki pesawat yang lebih efisien, semisal Lion Air dan Garuda, yang juga mulai masuk rute-rute perintis.
"Persaingan menjadi berat karena mereka pakai ATR yang lebih efisien dari MA60," katanya di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2014. Ia mencontohkan, untuk terbang dengan MA60 per kursi, beban yang harus ditanggung 11 sen per kilometer, sebaliknya menggunakan ATR hanya 7 sen. "Dikira daerah-daerah perintis itu menguntungkan, kena saingan ATR itu sulit sekali," ujarnya.
Maka, menurut Dahlan, untuk tetap bisa bertahan, Merpati harus melakukan banyak KSO. Tujuannya, agar pesawat disediakan pihak yang melakukan kerja sama KSO. "Karena kalau Merpati beli pesawat, susah dengan kondisi keuangan sekarang."
Diwawancarai terpisah, Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN Wahyu Hidayat sempat mengatakan Merpati tak dominan di bisnis perintis. Pangsa pasar yang dipegang kecil, hanya 10 persen.
Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang
23 April 2024
Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang
Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.
BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah
9 April 2021
BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah
Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.