TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan Merpati menyatakan sedang kesulitan pendanaan sehingga terpaksa tidak terbang. Namun, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menegaskan kondisi tersebut hanya sementara.
"Dibantulah komunikasikan bahwa ini tidak tutup selamanya. Ini untuk masa konsolidasi, paling lambat akhir Maret terbang lagi," katanya di Kementerian BUMN, Selasa, 4 Februari 2014.
Dahlan menjelaskan Kementerian tetap pada rencana awal untuk melakukan restrukturisasi utang dan membentuk anak usaha Merpati agar cash flowMerpati bisa positif. Adapun keputusan Merpati untuk stop terbang sampai besok dinilainya tepat. Sebab, jika memaksakan diri untuk terbang, kerugian Merpati bakal semakin besar. "Kalau tutup sementara untuk untuk ancang-ancang maju kan tidak apa-apa," tutur Dahlan.
Sebelumnya, pemerintah tetap pada keputusan untuk menyelamatkan Merpati, yaitu dengan tidak menutup maskapai pelat merah itu. Ke depan, utang Merpati kepada para kreditur dikonversi menjadi saham-saham. Namun, hal tersebut membutuhkan banyak persetujuan, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Perekonomian, dan pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Mekanisme ini sama persis seperti yang dilakukan pemerintah kepada maskapai Garuda Indonesia. Sambil menunggu proses panjang ini, Merpati kemudian untuk sementara dikecilkan perannya dan diganti oleh anak-anak usaha. Tujuannya agar keuangan Merpati memiliki cash flow positif. "Seperti asuransi PT Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo) justru anaknya lebih besar dari induk," kata Dahlan.
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
2 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.