Pertumbuhan indeks yang hanya 1 persen, kata Dody, tetap bisa mendorong kinerja ekspor Indonesia untuk membaik. "Tahun lalu minus 8 persen. Jadi sudah bisa mendorong ekspor meskipun tidak sebesar yang diperkirakan," kata Dody. "Sepanjang pertumbuhan Cina di bawah historisnya, harga komoditas akan tetap melambat."
Perkembangan ekonomi global saat ini juga dinilai sudah menunjukkan perbaikan. Amerika dan Eropa sudah lebih kondusif. Dengan adanya perbaikan tersebut, bank sentral memprediksi defisit transaksi berjalan pada 2014 bisa di bawah 3 persen. "Indonesia saat ini memang masih tergantung ekspor komoditas karena performa ekspor migas belum kuat," ujar dia.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan dengan adanya perbaikan di pasar dagang utama Indonesia, pemerintah menargetkan pertumbuhan indeks harga komoditas bisa mencapai 5 persen. "Faktor fundamental Indonesia ekonominya tumbuh. Pertumbuhan di-upgrade naik di pasar Indonesia seperti Amerika, Jepang, dan Cina," katanya.
Dengan demikian, ekspor Indonesia akan tumbuh pada tahun ini. Target itu sudah memperhitungkan larangan ekspor mineral mentah. Selain itu, barang-barang baru dan pasar-pasar baru juga mulai memperlihatkan geliatnya. Dia mencontohkan pasar baru seperti Pakistan, dengan adanya Preferential Trade Agreement (PTA), hasilnya sudah cukup baik. "Ada juga sumber lainnya dari barang-barang baru hasil hilirisasi. Kami optimistis target itu tercapai dan tren surplus terus berlanjut," katanya.