TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk. ECW Neloe mengungkapkan, perseroan saat ini memfokuskan untuk melayani nasabah di Aceh, khususnya untuk nasabah yang akan mengambil dana miliknya. Bank Mandiri sudah mulai beroperasi sejak Senin (3/1). “Memang kami kesulitan mengenai data-data nasabah, karena ada data nasabah yang hilang,” kata Neloe. Menurut Neloe, sejak Senin sudah ada 60 transaksi yang berlangsung. “Saya tidak tahu kenapa, jumlah transaksi penyetoran di Aceh justru lebih besar dari jumlah transaksi penarikan. Begitulah kenyataannya,” katanya. Neloe mengatakan, nasabah yang ingin menarik uangnya dapat dilakukan dengan bukti kartu tanda penduduk (KTP), surat keterangan lurah atau jika data nasaba hilang, bank akan melakukan wawancara dengan nasabah. Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Nimrod Sitorus mengatakan, kantor cabang di Banda Aceh telah melayani sekitar 90 nasabah sejak Senin (3/1) dan nilai transaksi yang sudah berjalan mencapai Rp 4 miliar, termasuk pembayaran gaji untuk pegawai negeri. Menurut dia, Bank Mandiri tidak membatasi transaksi tunai di cabangnya. Namun, Bank Mandiri masih menunda permintaan kredit serta transaksi surat berharga (giral). “Kami tidak membatasi transaksi tunai. Ini kan hak nasabah mau menarik berapa juga,” katanya. Untuk membantu pemulihan layanan nasabah di Aceh, Bank Mandiri telah mengirimkan tenaga kasir dari Jakarta sebanyak lima orang, dibantu dengan sebagian karyawan lama. Sebagian karyawan lama sudah dievakuasi dan sebagian lain masih bertahan untuk melayani nasabah. Berkaitan dengan kerugian, Nimrod mengatakan, nilai kerugian kerugian materiil Bank Mandiri relatif kecil. Sebelumnya, Bank Mandiri memperkirakan kerugian materil akibat bencana ini mencapai Rp 18,4 miliar. “Setelah saya ke sana ternyata kerugiannya sedikit. Tidak akan lebih dari Rp 18 miliar,” katanya.Nofi Triana Firman-Tempo