Belum Ada Alasan untuk Lepas Dolar  

Jumat, 20 Desember 2013 17:05 WIB

Dolar AS. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar di pasar global ditambah meningkatnya kebutuhan dolar menjelang akhir bulan membuat rupiah sulit untuk terapresiasi.

Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali melemah lima poin (0,01 persen) ke level 12.214 per dolar Amerika. Rupiah bergerak seiring dengan mata uang regional Asia lainnya yang juga terdepresiasi terhadap dolar.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan rupiah tertekan oleh permintaan dolar yang tinggi serta posisi dolar yang sedang menguat di pasar global. Adanya keputusan pengurangan stimulus (tapering) bank sentral Amerika Serikat membuat dolar semakin kuat. "Pelaku pasar belum melihat adanya alasan yang masuk akal untuk melepas dolar."

Pertemuan Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting), Rabu, 18 Desember lalu, memutuskan bank sentral (The Fed) akan mengurangi anggaran pelonggaran kuantitatif ketiga (QE3) dari US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan. Pengurangan stimulus berarti akan mengurangi aliran likuiditas dolar di pasar berkembang.

Dari dalam negeri, permintaan dolar menjelang akhir pekan dan juga akhir tahun semakin tinggi. Apalagi menjelang periode libur panjang, dolar dibutuhkan sebagai alat transaksi dan sarana untuk mengamankan portofolio investasi. "Karena dolar adalah aset paling aman untuk saat ini," kata Yohanes.

PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

6 menit lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

6 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya