Awas, 90 Persen Mainan Anak-anak Berbahaya!  

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Selasa, 17 Desember 2013 20:18 WIB

Ilustrasi boneka. TEMPO/Asrul Firga Utama

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Standardisasi Nasional memperkirakan 90 persen mainan anak-anak yang beredar di masyarakat belum teruji keamananannya. Banyaknya pintu masuk impor dan belum adanya regulasi yang mengatur standardisasi mainan anak menjadi faktor lemahnya pengawasan.

"Pelabuhan di Indonesia ini banyak sekali," kata Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakat Standardisasi BSN Dewi Odjar Ratna Komala di sela sosialiasi standarisasi mainan anak di Yogyakarta, Selasa, 17 Desember 2013.

Menurut dia, ada lima aspek standar bagi keamanan dan keselamatan mainan anak. Antara lain, aspek keamanan yang berhubungan dengan sifat fisik dan mekanis, mudah terbakar, migrasi unsur tertentu, dan ayunan. Keempatnya sesuai dengan SNI ISO 8124 1-4: 2010 tentang keamanan mainan. Adapun satu aspek lagi sesuai dengan SNI IEC 62115: 2011 tentang keamanan mainan elektrik.

Penerapan standar itu untuk mengurangi risiko dan mencegah bahaya akibat mainan anak. Misalnya, tersedak, tersetrum, tergores, terjatuh, terbakar, hingga terpapar zat kimia. "Mulai Mei 2014 nanti standar ini wajib dipenuhi produsen mainan," kata dia.

Indonesia bisa dibilang terlambat menerapkan aturan tentang standardisasi mainan anak. Ia mengatakan standardisasi nasional telah ada sejak 1997. Sejak keran perdagangan pasar bebas dibuka tahun 2010, Indonesia pun menjadi sasaran empuk produk mainan impor, khususnya asal Cina. Produk mainan asal negeri itu, kata dia, disebut menguasai hampir 90 persen pasar Indonesia. "Tapi isu (standardisasi mainan anak) baru mengemuka akhir-akhir ini," katanya.

Ia mengatakan penerapan standar itu berlaku untuk produsen dalam dan luar negeri, baik produk impor maupun lokal. Penerapan standardisasi itu, kata dia, diharapkan mampu melindungi keamanan dan keselamatan anak-anak saat bermain. Misalnya, tingkat ketajaman mainan bisa diatur sehingga tak membahayakan tubuh anak. "Mainan anak tidak boleh tajam," katanya.

Agus Wijaya, 48 tahun, seorang pedagang mainan anak di kawasan Jalan Panembahan Mangkurat Yogyakarta, mengatakan 90 persen lebih mainan yang dijualnya memang berasal dari Cina. Barang-barang itu didatangkan dari sebuah distributor mainan di Solo dan Semarang. Di tokonya, Pelangi Toys, mainan anak asal Cina cenderung lebih laku dibanding produk dalam negeri.

Harganya yang rata-rata lebih murah 25 persen serta kualitasnya yang lebih baik membuat konsumen lebih memilih produk Cina dibanding dalam negeri. "Kalau buatan Cina warna lebih terang," katanya.

Ia mengatakan sudah delapan tahun ini berjualan mainan anak. Selain membuka toko di Jalan Panembahan Mangkurat, ia juga memiliki toko di Sonosewu, Bantul. Selama berdagang mainan anak, kata dia, belum sekalipun dia menerima komplain dari konsumen tentang keamanan dan keselamatan barang yang dijualnya.


ANANG ZAKARIA

Topik Terhangat


Terkait Suap MK, Atut Bertemu Akil di Singapura
Mengapa Atut Ketemu Akil di Singapura?
Kasus Jaksa Praya, Kejaksaan Kalah Cepat oleh KPK
Kasus Dokter Ayu, Banyak Dokter Tak Mengerti MKDKI

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

2 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

15 jam lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

1 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

1 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

2 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

2 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

3 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

5 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya