WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun
Editor
Fery Firmansyah
Sabtu, 7 Desember 2013 20:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) mengklaim Paket Bali akan menghasilkan keuntungan US$ 400 miliar - US$ 1 triliun ( Rp 4.750-11.884 triliun) bagi perekonomian dunia. Angka tersebut merupakan keuntungan dari berkurangnya biaya perdagangan 10-15 persen, meningkatnya arus pertukaran barang dan jasa serta stabilitas bisnis dan investasi antar negara.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, makna WTO benar-benar tersampaikan. Ini pertama kalinya seluruh anggota bekerja sama," kata Direktur Jenderal WTO, Roberto Azevedo, dalam pidato penutupan konferensi di Nusa Dua Bali, Sabtu 7 Desember 2013.
Paket Bali berisi sejumlah draf hasil pertemuan awal General Council of WTO di Jenewa, Swiss, akhir November 2013. Dalam paket Bali ada tiga hal yang menjadi bahasan utama, yaitu paket kebijakan untuk negara kurang berkembang, fasilitasi perdagangan, dan kebijakan mengenai perdagangan produk pertanian. Aspek fasilitasi perdagangan ini yang diklaim bisa menghasilkan keuntungan ribuan triliun rupiah.
<!--more-->
Dalam proposal kebijakan untuk negara berkembang, diajukan enam poin. Usulan ini pada dasarnya mendapat lampu hijau dari semua delegasi dalam pertemuan di Swiss tersebut. Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya memperjuangkan subsidi bagi sektor pertanian. Tujuannya agar pertanian negara berkembang dan negara maju sepadan sehingga kompetisi ekspor menjadi lebih adil.
Sehari sebelumnya, banyak kalangan khawatir paket Bali tidak bisa disepakati. Sebab, India dan negara maju masih bersitegang mengenai subsidi petani dan ketahanan pangan. Rencana India untuk menambah batas cadangan pangan negara dari 10 menjadi 15 persen terus diperdebatkan. Negara maju khawatir, jika cadangan pangan terlalu banyak dan bocor, keseimbangan harga internasional akan terganggu. Usulan Indonesia dan negara berkembang lain agar subsidi pertanian mencapai 15 persen juga mendapat tentangan.
Setelah India melunak lantaran ada perubahan teks dalam paket Bali yang mengadopsi kepentingan mereka, hambatan lain muncul dari empat negara Amerika latin yang dimotori oleh Kuba. Kuba menghendaki WTO menunda rencana finalisasi poin fasilitasi perdagangan terkait boikot yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Sikap Kuba didukung oleh Bolivia, Venezuela, dan Nikaragua.
Kisruh ini kemudian ditengahi oleh Menteri Perdagangan Indonesia sekaligus Ketua Konferensi, Gita Wirjawan. Menurut Gita, sikap Kuba dan negara Amerika latin terkait dengan praktek non-diskriminatif. Paket Bali kemudian mengakomodir hal ini. Sedangkan untuk isu pertanian, perdebatan antara India dan Amerika berakhir dengan kesepakatan pengecualian terhadap produk-produk tertentu untuk diberikan subsidi. "Artinya, paket Bali sudah mengakomodasi kepentingan negara berkembang, sekaligus disetujui negara maju," katanya.
FERY FIRMANSYAH | PUTU HERY (NUSA DUA)
Terpopuler
Chris John Takluk TKO di Tangan Simpiwe Vetyeka
Dukun Cabuli Janda di Tempat Ibadah
Nazaruddin Ungkap Cara Anas Dapat Duit
Inilah Hasil Undian Piala Dunia 2014
Agnes Monica Recoki Titi Rajo Bintang Pukul Drum
Bu Pur Sering Bawa Roti Unyil buat Menteri Andi