Daya Beli Turun, Konsumsi Plastik Melemah  

Reporter

Rabu, 16 Oktober 2013 12:24 WIB

Kubah raksasa katedral ini dibuat dari botol-botol plastik bekas makanan. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta -- Pertumbuhan konsumsi plastik tahun ini mencapai 5 persen, turun dari pertumbuhan konsumsi plastik tahun lalu yang mencapai 7 persen. Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplast), Budi Susanto Sadiman, mengatakan target awal pertumbuhan konsumsi plastik mencapai 8-9 persen.

"Tapi kisaran pertumbuhan konsumsi mencapai 8-9 persen dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen. Kalau pertumbuhan ekonomi sudah direvisi menjadi 5,34 persen, maka konsumsi plastik tahun ini 5 persen," katanya ketika dihubungi Tempo di Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2013. Menurut dia, volume konsumsi plastik tahun lalu mencapai 3,2 juta ton.

Budi mengatakan penurunan pertumbuhan konsumsi plastik disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat pada tahun ini. Menurut dia, plastik digunakan sebagai pengemasan oleh produk sekunder, seperti makanan olahan, sehingga ketika harga BBM naik dan harga kebutuhan lain yang lebih utama naik, maka masyarakat akan memilih membeli kebutuhan primer dibandingkan dengan membeli bahan makanan olahan. "Plastik kan di bagian makanan olahan, jadi masyarakat akan lebih memilih yang primer," katanya.

Selain itu, kenaikan harga plastik sebesar 12 persen karena naiknya bahan baku impor yang disebabkan pelemahan nilai rupiah turut menyebabkan penurunan volume konsumsi plastik. Faktor lain adalah turunnya produksi dari industri yang menggunakan plastik sebagai pengemasan seperti industri makanan minuman dan elektronik. "Produksi industri lain yang menggunakan plastik juga turun. Makanya pertumbuhan industri plastik turun," katanya.

Akan tetapi, walaupun susut secara volume, Budi mengatakan secara omzet konsumsi plastik mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pelemahan nilai rupiah. Kenaikan omzet akibat pelemahan rupiah, kata Budi, mencapai 20 persen. Tahun lalu, omzet industri plastik mencapai US$ 1.500 per ton dan sekarang omzet mencapai US$ 1.700 per ton.

"Jika nanti rupiah kembali naik ya bukan tidak mungkin akan berubah lagi. Plastik ini kan industri yang cepat berubah mengikuti pergerakan nilai tukar," katanya.

Inaplast menyatakan kenaikan harga produk plastik hingga saat ini mencapai 12 persen. Kenaikan harga disebabkan oleh naiknya harga bahan baku impor yang disebabkan depresiasi rupiah, kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar yang berujung pada proyeksi inflasi 9 persen pada akhir tahun.

ANANDA TERESIA


Berita Terpopuler:
Ada Cacing Hati di Sapi Jokowi
Istri Akil Mochtar Minta KPK Buka Rekeningnya
Jokowi: Lihat Saja Nanti Siapa yang Disembelih
Roy Suryo Larang Timnas U-19 Temui Politikus
Mau Blusukan, Sultan HB X Minta Mobil Baru







Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya