TEMPO.CO, Manado--Para penumpang Lion Air tujuan Manado-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 755, Senin 30 September 2013, sudah mengeluhkan panas sejak pertama naik. Bahkan, saking panasnya, penumpang sudah mulai mengeluh ketika mengatur barang yang dibawa untuk ditaruh di bagasi atas.
Raymond Pasla, penumpang yang ikut dalam penerbangan tersebut, mengatakan ketika banyak penumpang mulai terlihat mandi keringat dan berteriak panas, beberapa pramugari kemudian membagi-bagikan tisu.
"Kami penumpang dibagikan tisu untuk mengelap keringat kami yang memang sudah sangat banyak. Itu posisinya pintu pesawat belum ditutup," kata Pasla yang merupakan Ketua KPID Sulawesi Utara ini.
Lebih lanjut, Pasla mengungkapkan, aksi membagikan tisu ini hanya berlangsung di 5 menit pertama. Pasca pintu ditutup, udaranya semakin panas. Para penumpang mulai berteriak gaduh dan berdiri untuk menanyakan situasi yang tidak nyaman tersebut.
"Ketika situasi sudah mulai panik karena ada yang mulai mual, tiba-tiba pesawat bergerak mundur. Ini yang membuat semakin panik. Semua upaya dan kegaduhan sama sekali tak direspon. Akhirnya, ada penumpang di bagian belakang membuka pintu darurat," kata Pasla, yang mengaku berada di dalam pesawat hampir 1 jam tersebut.
Pasla sendiri menyebutkan, pasca pintu darurat dibuka, pilot kemudian memarkir pesawat dan akhirnya membuka pintu depan, dimana para penumpang langsung berhamburan keluar.
Sementara Direktur Umum Lion Air Edward Sirait membantah kabar mesin pendingin ruangan pesawat mati. Ia mengatakan panas yang dirasakan penumpang pesawat Lion Air JT775 rute Manado -Jakarta lantaran pesawat sebelumnya berada dalam keadaan terparkir setelah penggantian suku cadang. Panas yang dirasakan penumpang, kata dia, berasal dari kombinasi cuaca yang panas dan ruangan kabin pesawat yang hampa udara.
