Pasar Sudah Antisipasi Pengurangan Stimulus

Rabu, 18 September 2013 13:53 WIB

ap| susan walsh

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku pasar sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang ditimbulkan apabila bank sentral Amerika (The Fed) jadi mengurangi stimulus moneter. Nanti malam, pertemuan FOMC Meeting memasuki hari kedua di mana kemungkinan besar Chairman The Fed, Ben Bernanke, akan mengumumkan pengurangan alokasi pembelian obligasi berbasis agunan dan aset treasury tahap ketiga (QE3) yang dimulai sejak September 2012.


Analis dari PT Mega Capital Indonesia, Gene Richard, mengatakan pasar sudah sudah mengantisipasi apabila The Fed jadi mengurangi stimulus moneternya. "Pelaku pasar sudah tahu dari jauh hari bahwa program pembelian obligasi akan dikurangi."


Karena itu, Richard optimistis tindakan The Fed tidak akan membuat pasar mengalami crash. Lagi pula, kata dia, kecemasan pasar sudah terepresentasikan dari aksi jual besar-besaran pada akhir Agustus lalu di mana indeks sempat menyentuh level terendah 3.800.


Menurut dia, posisi asing yang sudah mencatat penjualan bersih membuat tekanan jual nantinya tidak akan terlalu besar. Pada awal tahun ini, posisi asing di pasar saham masih mencatat nett buy Rp 20 triliun dan sekarang sudah nett sell Rp 7 triliun. "Karena barang jualan asing mulai habis, kemungkinan koreksi tidak akan terlalu dalam," katanya.


Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan efek dari pengurangan stimulus tidak akan terlalu parah. "Hal itu karena program pembelian obligasi senilai US$ 85 miliar per bulan tidak dipangkas seluruhnya, namun secara bertahap."


Advertising
Advertising

Menurut Albertus, masifnya aksi jual di pasar keuangan yang terjadi sejak awal semester kedua merupakan hal yang wajar karena pasar berkembang sedang mengalami masa normalisasi. "Karena terbiasa dengan banjir likuiditas, maka timbul kepanikan ketika dana yang parkir tersebut ditarik lagi ke negara maju."


Investor asing kini mulai mengalihkan portofolionya dari negara berkembang ke Eropa dan Amerika Serikat karena risiko investasinya lebih rendah. Ekonomi mulai pulih, nilai tukar dan inflasi juga terjaga. Hal itu berbeda dengan kondisi ekonomi negara berkembang yang mudah goyah. Meskipun pasar berkembang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi, faktor keamanan investasi tampaknya menjadi pilihan utama asing.


PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

4 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

4 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

4 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

7 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

10 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

10 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

11 hari lalu

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

OJK membeberkan dampak memanasnya konflik di Timur Tengah kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

12 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Bursa Asia, Dampak Meningkatnya Ancaman Geopolitik Timur Tengah

12 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Bursa Asia, Dampak Meningkatnya Ancaman Geopolitik Timur Tengah

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore ditutup turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia dan global.

Baca Selengkapnya