Mantan Sekretaris Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) Bank Indonesia, Raden Pardede memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta, (3/6). Raden Pardede diperiksa sebagai saksi kasus dana talangan Bank Century. ANTARA/Wahyu Putro A
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional Bidang Pengkajian dan Pengembangan, Raden Pardede, mengatakan kredit pinjaman usaha kecil dan menengah berpotensi meningkatkan rasio kredit bermasalah (non performing loan atau NPL).
Terlebih, kata dia, jika perbankan dan pengusaha tidak melakukan penyesuaian pasca pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin menjadi 7 persen. "Ada potensi peningkatan rasio NPL," kata Raden saat dihubungi, Kamis, 5 September 2013.
Raden menjelaskan, sebetulnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa jadi momentum tepat bagi pengusaha UKM yang berorientasi ekspor untuk menggenjot ekspornya. Namun kesempatan tersebut harus dipertimbangkan dengan lebih saksama. Pasalnya, ekspor yang berlebihan dapat menggerogoti daya saing ekspor pengusaha tersebut.
Sementara dari sisi bank, Raden mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan BI rate yang tak dibarengi dengan naiknya suku bunga pinjaman berpotensi meningkatkan rasio NPL. Ia menuturkan langkah yang dapat ditempuh perbankan yakni menaikkan suku bunga pinjaman UKM secara bertahap. "Gradually. Kalau drastis, NPL akan naik," kata dia.
Sedangkan bagi pengusaha, Raden mengatakan pengusaha harus mengurangi biaya dan pengeluaran perusahaan agar biaya tersebut tak mengganggu arus kas. Pengurangan tersebut juga sebaiknya dilakukan secara bertahap agar tak mengurangi keuntungan yang diterima perusahaan.
Untuk itu, Raden mengatakan kenaikan NPL tak semata berasal dari faktor perbankan tetapi juga faktor yang berasal dari industri tersebut. "Harus ada kerja sama antara perbankan da pengusaha," ujar Raden.