Stand perusahaan multifinance di arena Jakarta Fair, Kemayoran, Jakarta, Minggu (14/6). Pembiayaan sepeda motor bekas menjadi incaran perusahan multifinance sejak krisis keuangan global melanda. Tempo/Panca Syurkani
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno optimistis bahwa rasio kredit seret (non performing loan/NPL) perusahaan pembiayaan akan tetap terjaga di level 1,4 persen tahun ini. Pada akhir Juni, NPL perusahaan yang ada dalam asosiasi rata-rata berada di level 1,3 persen - 1,4 persen, atau turun dibandingkan akhir tahun lalu yang mencapai 1,6 persen.
Dia menjelaskan, jenis kredit yang disalurkan sebagian besar memiliki bunga tetap. Sehingga nasabah tidak akan menghadapi kenaikan suku bunga kredit seiring dengan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7 persen."Perusahaan pembiayaan punya nilai lebih baik karena bunga tetap, kami tidak akan mengikuti kenaikan bunga lagi," ujarnya.
Selain itu, pihaknya melihat NPL terbantu dengan pertumbuhan aset yang naik tipis sebesar Rp 315 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 310 triliun.
Selain rasio kredit seret, beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh perusahaan pembiayaan adalah dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada Juni kemarin. Meski belum terlalu terlihat imbasnya ke pembiayaan kendaraan bermotor, menurut Suwandi, para perusahaan pembiayaan diminta agar lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Efisiensi operasional juga dibutuhkan guna menjaga target tahunan.
Tahun ini, APPI membidik target total aset yang dikelola sebesar Rp 385 triliun, naik 10 persen dibandingkan tahun lalu Rp 350 triliun. Industri pembiayaan sendiri diperkirakan akan tumbuh di kisaran 5-10 persen. Angka itu setara dengan kenaikan permintaan mobil baru dan sepeda motor yang masing-masing naik 10 persen dari 1,1 juta unit mobil dan 5 persen dari 7 juta unit motor.