Seorang anak berdagang bensin botol eceran di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang kehabisan Stok di Jalan Veteran Selatan Makassar, Rabu (13/6). Belasan stasiun SPBU di Makassar sejak dua hari terakhir kehabisan BBM bersubsidi jenis premium karena tidak menerima pasokan dari Pertamina setempat. TEMPO/Hariandi Hafid
TEMPO.CO, Kupang - Harga bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjelang Lebaran melonjak menjadi Rp 25 ribu per botol (setengah liter) atau Rp 50 ribu per liter. Kenaikan harga BBM itu juga berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok. "Harga Premium (bensin) di sini sudah tidak wajar lagi," kata anggota DPRD Sabu Raijua, Yusak Musa Robo, di Kupang, Senin, 29 Juli 2013.
Warga Sabu Raijua, menurut dia, mengeluhkan harga BBM yang terlampau tinggi. Harga Premium tidak sesuai dengan harga subsidi. Apalagi saat ini menjelang Lebaran dan cuaca buruk menjadi pemicu kelangkaan BBM. "Biasanya harga melambung karena cuaca buruk atau menjelang hari besar keagamaan."
Yusak meminta pemerintah setempat untuk menekan harga BBM sesuai dengan harga subsidi, yakni Rp 6.500 per liter. Menurut dia, harga BBM mahal karena dijual per drum, bukan per liter.
Wakil Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke, mengatakan pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET). Namun, setelah kenaikan BBM, belum ada HET baru yang ditetapkan. "Kami masih melakukan kajian, setelah adanya kenaikan harga BBM. Dalam waktu dekat kami akan keluarkan SK terkait HET BBM di daerah ini."