Kelapa Sawit dan Karet Dikaji Sebagai Produk Hijau

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Selasa, 25 Juni 2013 03:17 WIB

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO , Jakarta:Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan, saat ini tim dari Environmental Protect Agency (EPA) Amerika Serikat tengah berada di Indonesia untuk mengkaji kelayakan kelapa sawit dan karet sebagai produk ramah lingkungan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). "Sekarang mereka di sini, akhir Juli diharapkan sikap mereka sudah keluar," ujarnya, Senin 24 Juni 2013.

Gita menyatakan bahwa Indonesia berkepentingan untuk meloloskan pengakuan produk kelapa sawit dimasukkan dalam kategori produk ramah lingkungan pada pertemuan pemimpin APEC di Bali pada awal Oktober tahun ini. Hanya saja, pengakuan kelapa sawit sebagai produk pertanian yang ramah lingkungan selama ini masih terkendala di Environmental Protect Agency (EPA) di Amerika Serikat.

Alasannya, EPA menilai kapasitas Indonesia dalam mereduksi karbon dari perkebunan kelapa sawit dan karet pada 2020 hanya 7 persen, padahal standar minimalnya 20 persen. Padahal, menurut analisis timnya, Gita berani mengklaim bahwa reduksi emisi karbon bisa lebih dari 30 persen.

Awal Juni lalu, Gita bertemu dengan pimpinan EPA di Washington dan menyampaikan usulan agar dilakukan kajian lebih dalam mengenai produk kelapa sawit yang belum mendapat pengakuan sebagai produk ramah lingkungan itu. Setelah sempat terkendala pemotongan anggaran oleh Pemerintah Amerika Serikat, akhirnya sebuah tim dapat diberangkatkan untuk penelitian mengenai produk kelapa sawit itu. "Mudah-mudahan berdasarkan data empiris dari kami dan mereka, bisa mengambil keputusan yang menyenangkan," ujar Gita.

Apabila kelapa sawit berhasil mendapat pengakuan EPA sebagai produk ramah lingkungan, akan dikenakan tarif masuk tak lebih dari 5 persen mulai 2015. Tapi, lebih dari itu, jika kelapa sawit dan karet masuk dalam daftar produk ramah lingkungan, maka tak ada lagi alasan untuk neara-negara maju menolak komoditas unggulan ekspor Indonesia ini.

Penilaian EPA dinilai penting, sebab lembaga ini sangat dihormati di seluruh dunia. Amerika Serikat sendiri selama ini dinilai tertutup terhadap kelapa sawit, karena bisa menyaingi produk mereka seperti minyak bunga matahari dan kedelai. "Kalau Amerika mengakui produk seperti kelapa sawit itu sebagai produk ramah lingkungan, kemungkinan besar negara lainnya seperti Uni Eropa, Jepang, Australia, dan China tidak akan memberikan halangan," kata Gita.

PINGIT ARIA
Topik Terhangat
Razia Bobotoh Persib | Puncak HUT Jakarta | Penyaluran BLSM


Baca Juga:



Faktor Pemenang Ridwan Kamil di Pilkada Bandung
4 Sebab Popularitas Jokowi Melebihi Prabowo & Mega

Penumpang Mobil Pelat B Tewas Dilempar Batu

Arsenal Sodorkan Kontrak Kepada 'Tukang Pos'

Luthfi Beli Mobil dan Rumah Rp 1 Miliar dari Hilmi




Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Izin Kebun Sengon Ditanami Kelapa Sawit, Bos PT Green Forestry Indonesia Ditangkap di Bandara Depati Amir

41 hari lalu

Izin Kebun Sengon Ditanami Kelapa Sawit, Bos PT Green Forestry Indonesia Ditangkap di Bandara Depati Amir

Kejaksaan menangkap Bos PT Green Forestry Indonesia yang masuk dalam DPO. Salah gunakan izin kebun sengon untuk kelapa sawit.

Baca Selengkapnya

PT Timah Bantah Mitranya Garap Lahan Perusahaan Sawit Malaysia

42 hari lalu

PT Timah Bantah Mitranya Garap Lahan Perusahaan Sawit Malaysia

CV El Hana Mulia dalam melaksanakan aktivitasnya tetap berada di kawasan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah.

Baca Selengkapnya

4 Perbedaan Minyak Makan Merah dengan Minyak Goreng Biasa

49 hari lalu

4 Perbedaan Minyak Makan Merah dengan Minyak Goreng Biasa

Apa saja perbedaan dari minyak makan merah dengan minyak goreng biasa?

Baca Selengkapnya

Berharap pada Minyak Makan Merah

50 hari lalu

Berharap pada Minyak Makan Merah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan pabrik minyak makan merah. Dianggap bisa menjadi alternatif minyak goreng konvensional, harga lebih murah.

Baca Selengkapnya

Kandungan dan Manfaat Minyak Makan Merah yang Dibanggakan Jokowi

51 hari lalu

Kandungan dan Manfaat Minyak Makan Merah yang Dibanggakan Jokowi

Presiden Jokowi menyebut minyak makan merah lebih murah dari minyak goreng. Apa kandungan dan manfaat minyak makan merah?

Baca Selengkapnya

Soal Minyak Makan Merah, Ini Kata Jokowi sampai Teten

51 hari lalu

Soal Minyak Makan Merah, Ini Kata Jokowi sampai Teten

Presiden Jokowi mengatakan, minyak makan merah akan menjadi tren dalam urusan goreng-menggoreng, Kementerian Koperasi bangun banyak pabriknya.

Baca Selengkapnya

Kementan Kebut Peraturan Baru soal Peremajaan Sawit Rakyat

6 Maret 2024

Kementan Kebut Peraturan Baru soal Peremajaan Sawit Rakyat

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian atau Kementan Andi Nur Alamsyah menyatakan sedang membahas simplifikasi aturan dan persyaratan perihal peremajaan sawit rakyat atau PSR.

Baca Selengkapnya

Kementan Targetkan Peremajaan Sawit Rakyat 120 Ribu Hektare Tahun Ini

5 Maret 2024

Kementan Targetkan Peremajaan Sawit Rakyat 120 Ribu Hektare Tahun Ini

Dirjen Perkebunan Kementan, Andi Nur Alamsyah menyatakan bahwa tahun ini Kementan menargetkan peremajaan sawit rakyat seluas 120 ribu hekatre.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Serikat Guru Menolak Dana BOS Dialihkan untuk Makan Siang Gratis, Cawe-cawe Jokowi di Program Prabowo Menuai Kritik

4 Maret 2024

Terpopuler: Serikat Guru Menolak Dana BOS Dialihkan untuk Makan Siang Gratis, Cawe-cawe Jokowi di Program Prabowo Menuai Kritik

Terpopuler: Rencana pengalihan dana BOS untuk program makan siang gratis diprotes serikat guru, Presiden Jokowi cawe-cawe rencana kerja Prabowo.

Baca Selengkapnya