TEMPO.CO, Washington - Akun Twitter kantor berita Associated Press (AP), Selasa, 23 April 2013 diretas dan membuat cuitan soal adanya ledakan di Gedung Putih yang membuat Presiden Barack Obama terluka.
Dalam beberapa menit, Twitter menghentikan akun itu. Julie Pace, Kepala koresponden AP di Gedung Putih, mengumumkan bahwa akun kantor berita itu telah diretas. Jay Carney, Sekretaris Pers Obama, juga mengkonfirmasi bahwa presiden tidak terluka.
Editor di AP lantas mengikutinya dengan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa "Akun @AP Twitter telah diretas. Cuit tentang serangan di Gedung Putih adalah palsu. Kami akan menyampaikan pemberitahuan lebih lanjut sesegera mungkin.''
Cuit palsu ini berdampak langsung ke bursa saham. Indeks rata-rata Dow Jones anjlok lebih dari 130 poin ketika cuit di Twitter itu keluar, tapi dengan cepat terjadi pemulihan.
AP biasanya menggunakan Arus Sosial, alat media sosial, untuk mendistribusikan cuitannya. Dalam hal ini, penyerang mem-posting cuitan itu langsung dari Web, menurut metadata yang terkait dengan cuitan itu.
Dalam beberapa hari terakhir, AP menemukan bahwa malware telah menginfeksi beberapa komputer kantor berita ini. Peretas dapat menggunakan malware untuk mendapatkan pijakan dalam jaringan dan mendapatkan akses ke akun pengguna dan kata kuncinya.
Paul Colford, juru bicara AP, mengatakan peretasan terhadap Twitter ini didahului oleh upaya phishing pada jaringan e-mail perusahaan AP, mungkin dalam upaya untuk mendapatkan kredensial pengguna. ''Serangan itu diblokir dan tidak ada bukti sistem AP di luar e-mail itu yang dalam bahaya.''
Melalui akun Twitter, sebuah kelompok yang menyebut dirinya Tentara Elektronik Suriah, memuji serangan tersebut.
BOSTON GLOBE| ABDUL MANAN
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya