"Kejadian kecelakaan beruntun dari Lion Air memungkinkan ada pola manajerial yang sangat memungkinkan mengganggu keselamatan," kata Tulus saat dihubungi Tempo, Sabtu, 13 April 2013.
Tulus mengaku mendapat informasi adanya training yang diberikan manajemen Lion Air kepada para pilot terkait tata cara mengemudikan pesawat. "Ada semacam SOP agar mereka saat mengerem dan manuver harus hemat bahan bakar. Ini tidak lazim dilakukan oleh penerbangan maskapai lain," katanya.
Bahkan, saat terjadinya kecelakaan Lion Air beberapa waktu lalu di Solo, Tulus menyatakan saat itu pesawat dipaksa mendarat karena jika dilanjutkan ke Jakarta bahan bakar akan habis. "Padahal masalah irit bahan bakar itu teknikal pesawatnya, bukan mengemudinya," katanya. (Baca: Lion Air Terpeleset di Solo, 10 Tewas)
Dia meminta juga meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) agar melakukan investigasi secara terbuka. "Hasil audit KNKT jangan hanya off the record. Sementara Kementerian Perhubungan dan tim independen harus melakukan due diligent audit manajemen dalam aspek keselamatannya," kata Tulus.
Pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Bandung-Denpasar mengalami kecelakaan di sisi landasan pacu (runway) Bandara Ngurah Rai, Bali. Pesawat jenis Boeing 737-800 yang mengangkut 172 penumpang itu dijadwalkan tiba di Ngurah Rai pukul 15.16 WITA. Namun pesawat mengalami kecelakaan pada 15.10 WITA. Saat ini, pesawat yang mengalami kecelakaan di ujung runway bandara itu masih menjalani proses evakuasi.