Plastik Ramah Lingkungan Indonesia Laku di Eropa  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 28 Februari 2013 08:59 WIB

Ratusan pegiat lingkungan melakukan aksi menutup wajah dengan kantung berbahan non-plastik dalam aksi "Diet Kantong Plastik" di Solo, Jateng, (15/7). Aksi tersebut dilakukan dalam rangka mengkampanyekan gerakan tidak menggunakan kantong plastik karena akan membahayakan lingkungan. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 22 Februari lalu, Indonesia telah berpartisipasi dalam pameran retail MUBA yang digelar di Basel, Swiss. Dalam pameran yang akan berlangsung 10 hari hingga 3 Maret mendatang itu, Kementerian Perdagangan mengkoordinasi 48 pengusaha kecil dan menengah untuk memamerkan produk-produk unggulan dan menjaring konsumen di sana.

Salah satu peserta pameran dari Indonesia yaitu PT Tirta Marta, perusahaan yang memproduksi produk-produk plastik ramah lingkungan. Berbeda dengan plastik biasa yang terbuat dari bahan polimer, plastik ini terbuat dari bahan baku tapioka atau singkong.

"Produk ini mendapat respons positif dari pengunjung pameran. Sebab, di Eropa kan kesadaran untuk menggunakan produk ramah lingkungan sudah tinggi," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Gusmardi Bustami, Kamis, 28 Februari 2013.

Dalam promosinya, disebutkan bahwa plastik produksi PT Tirta Marta dapat hancur hanya dalam enam pekan, bergantung pada kondisi tanah dan aktivitas mikroba.

Aplikasi produk tersebut bermacam-macam, antara lain doggie waste bag (kantong untuk kotoran anjing) dan kantong belanja yang dapat dipakai ulang.

Di ajang pameran MUBA, PT Tirta Marta mendapatkan distributor potensial yang melirik Ecoplas untuk pasar Madagaskar, Jerman, dan Swiss. Untuk semakin meyakinkan konsumen Eropa, Ecoplas juga sudah mendapatkan sertifikasi Fair For Life dari IMO yang berbasis di Swiss. "Ini menambah rasa kepercayaan terhadap produk Indonesia, di mana Ecoplas selain ramah lingkungan juga berdampak sosial, karena pada setiap 200 ton Ecoplas, dapat mempekerjakan 2.000 petani singkong dan industri rumahan," kata Gusmardi.

Selain produk Ecoplas, beberapa produk yang juga mendapatkan respons positif dari buyer Swiss dan Jerman, antara lain furnitur outdoor, topi koki, cotton hat, cake case, tenun lurik, kerajinan tangan, dan perhiasan.

Pameran MUBA 2013 merupakan ajang promosi yang pertama kali dilakukan oleh Kementerian Perdagangan untuk menembus salah satu pasar nontradisional di Eropa, yaitu Swiss. "Pada kesempatan ini, para peserta dapat berinteraksi dan mengetahui secara langsung kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat Swiss dan negara sekitarnya," tutur Gusmardi.

Indonesia yang merupakan "Negara Tamu Kehormatan" menampilkan Paviliun Indonesia, yang ditempatkan di area pameran seluas 2.000 meter persegi. Pameran MUBA merupakan pameran retail terbesar dan tertua di Swiss yang dibuka untuk masyarakat umum. Pameran ini menempati luas area sebesar 75 ribu meter persegi.

PINGIT ARIA


Berita terkait

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

1 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

2 hari lalu

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pemanfaatan transaksi imbal dagang business-to-business (b-to-b).

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

3 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

3 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

6 hari lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

7 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

7 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

8 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini sama dengan perdagangan hari kemarin, yakni Rp 1.319.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya