TEMPO.CO, Semarang -Biaya pelayanan kesehatan karyawan PT Pertamina Persero mencapai Rp 20 triliun. Direktur Sumber Daya Manusia Pertamina Evita M Tagor mengakui biaya yang tersebut tergolong tinggi itu akibat adanya pemborosan.

"Tergolong tinggi, makanya kami mengupayakan penghematan dengan cara manage care atau pengelolaan kesehatan ke arah yang lebih efisien," ujar Evita dalam sebuah acara pada Senin malam, 21 Januari 2013, di Semarang. Biaya kesehatan itu ,lanjut dia, ditujukan untuk semua karyawan Pertamina, mulai yang baru masuk kerja, kesehatan istri, hingga karyawan yang pansiun hingga mencapai usia 77 tahun.

Evita mengaku, tingginya biaya kesehatan itu terjadi hingga tahun 2011. Ini akibat pemborosan pelayanan seperti biaya obat, penanganan pelayanan, hingga teknologi perawatan. Ternyata biaya pelayanan kesehatan tersebut, kata dia, bisa ditekan. Penghematan pelayanan kesehatan ini menjadi prioritas Pertamina.

Komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan ini meliputi obat yang nilainya hingga 60 persen. Dengan kondisi ini, lanjut Evita, Pertamina mendorong sinergi revitalisasi dokter primer di rumah sakit maupun bekerja sama dengan perusahaan asuransi yang berstatus Badan Usaha Milik Negara.

EDI FAISOL